Malili (ANTARA) - Ketua Tim Penggerak PKK Kabupaten Luwu Timur Hj Puspawati Husler memberikan dorongan dan motivasi kepada setiap pasien hemodialisis agar tetap kuat dan bersemangat untuk kembali pulih.
“Tetap ki semua kuat dan semangat untuk pulih. Saya doakan ki semua bisa cepat sembuh dan kembali pulih seperti sedia kala,” kata Puspawati memberi semangat kepada pasien di sela-sela peringatan Hari Ginjal Internasional atau World Kidney Day yang digelar RSUD I Lagaligo Wotu bersama Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dan Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) di Ruang Hemodialisa RSUD I Lagaligo Wotu, Selasa (10/3/2020).
Salah satu pasien Hemodialisis, Nasbar (36) yang berprofesi guru dari Kabupaten Luwu Utara mengaku sangat bersyukur dengan adanya ruang Hemodialisa di RSUD I Lagaligo Wotu. Pasalnya, kata Nasbar, dulu sebelum ada ruang Hemodialisa di RSUD I Lagaligo, ia hanya bisa melakukan cuci darah atau hermodialisis di Rumah Sakit yang ada di Kota Makassar.
“Kalau dulu semuanya serba susah. Saya harus ke Makassar untuk melakukan cuci darah. Disamping butuh biaya besar, pekerjaan saya juga terganggu. Namun setelah ada fasilitas di Luwu Timur, saya sudah dekat berobat,” tambahnya.
Namun ia juga berharap, kedepan agar fasilitas alat cuci darah di RSUD I Lagaligo bisa bertambah. Pasalnya, hingga saat ini baru sebanyak empat alat yang tersedia sehingga pasien harus antri untuk menggunakan alat tersebut.
RSUD I Lagaligo Wotu bersama Perhimpunan Nefrologi Indonesia (Pernefri) dan Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) menggelar peringatan Hari Ginjal Internasional atau World Kidney Day dengan membagi bunga dan bingkisan kepada para pasien di Ruang Hemodialisa RSUD I Lagaligo Wotu, Selasa (10/03/2020).
Selain memberi motivasi, Puspawati juga membagikan bunga dan bingkisan kepada pasien di rumah sakit tersebut.
Salah satu pasien hemodialisis, Nasbar (36) yang berprofesi guru dari Kabupaten Luwu Utara mengaku sangat bersyukur dengan adanya ruang Hemodialisa di RSUD I Lagaligo Wotu.
Menurut Nasbar, dulu sebelum ada ruang Hemodialisa di RSUD I Lagaligo, ia hanya bisa melakukan cuci darah atau hermodialisis di rumah sakit di Kota Makassar.
“Kalau dulu semuanya serba susah. Saya harus ke Makassar untuk melakukan cuci darah. Disamping butuh biaya besar, pekerjaan saya juga terganggu. Namun setelah ada fasilitas di Luwu Timur, saya sudah dekat berobat,” tambahnya.
Dia berharap, fasilitas alat cuci darah di RSUD I Lagaligo bisa bertambah, karena saat ini baru sebanyak empat alat yang tersedia sehingga pasien harus antri untuk menggunakan alat tersebut.
Kegiatan ini juga diikuti Ketua Dharma Wanita Persatuan Luwu Timur Masrah, Sekdis Kesehatan Lutim dr Rosmini Pandin dan Direktur RSUD I Lagaligo Wotu dr Benny dengan tema "Kesehatan ginjal untuk semua dan dimana saja mulai dari pencegahan sampai deteksi dini dan pemerataan akses pelayanan".(*/Adv)