"Sebenarnya potensi hortikultura daerah ini cukup besar, namun belum ada dukungan kebijakan Pemprov untuk mendorong peningkatan kualitas," kata Sudirman di Makassar, Kamis.
Menurut dia, selama ini petani hanya didorong dari sisi kuantitas, sementara kualitas masih dikesampingkan, padahal seharusnya kuantitas dan kualitas berjalan beriringan.
Sebagai gambaran, jeruk Malangke yang pernah membludak produksinya di Sulsel dan merambah pasar hingga ke Kawasan Barat Indonesia, namun kemudian produksinya anjlok karena serangan hama tanaman.
"Tidak ada upaya Pemprov dan pemerintah daerah setempat untuk membangkitkan kembali produktivitas petani jeruk itu," katanya.
Karena itu, lanjut dia, pihak Pemprov Sulsel harus memperhatikan petani hortikultura dengan membuat kebijakan yang propetani. Selain itu, juga perlu diikuti dengan perilaku pejabat pemerintah yang cinta produk lokal.
Namun fenomena di lapangan, pejabat pemerintah masih lebih bangga memakan dan menjamu tamunya dengan buah impor daripada buah lokal. Padahal buah impor itu sudah tidak segar lagi, karena sudah disimpan lama di tempat pendingin "freezer".
Apalagi kini, Sulsel menjadi salah satu pintu gerbang masuknya buah impor seperti jeruk, apel dan buah naga. Sehingga buah lokal di Sulsel terdesak pemasarannya, karena buah impor harganya hanya berbeda tipis dengan buah lokal. (T.S036/S016)