Dinas PKP Luwu Timur lakukan vaksinasi jembrana bagi ternak sapi
Makassar (ANTARA) - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Kabupaten Luwu Timur (Lutim), Sulawesi Selatan melakukan vaksinasi terhadap ternak Sapi Bali dari serangan penyakit Jembrana.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Lutim Frans Bungin dikonfirmasi, Selasa, mengatakan, Penyakit Jembrana merupakan penyakit viral yang bersifat menular pada sapi Bali.
"Sebagai upaya untuk mempertahankan populasi ternak sapi dari serangan Penyakit Jembrana, maka kami di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Kabupaten Luwu Timur melakukan vaksinasi terhadap ternak sapi Bali di tiga desa di Kecamatan Burau," ujarnya.
Frans Bungin menjelaskan, penyakit Jembrana merupakan penyakit yang bersifat menular pada sapi Bali, ditandai dengan demam, peradangan selaput lendir mulut (stomatitis), pembesaran kelenjar limfe preskapularis, prefemoralis dan parotid, terkadang disertai keringat darah (blood sweating).
Dia menerangkan vaksinasi dilakukan oleh petugas vaksinator dari bidang Peternakan Dinas PKP Lutim didampingi aparat Desa Bone Pute, Desa Benteng dan Lanosi serta anggota Polsek Burau. Adapun Jumlah ternak yang divaksin sebanyak 81 ekor jenis sapi bali murni.
Frans Bungin mengungkapkan, latar belakang penyakit Jembrana di Luwu Timur berawal pada Februari lalu. Pihaknya menerima laporan peternak di Desa Bonepute perihal ternak sapi bali yang dipelihara memperlihatkan gejala tidak nafsu makan.
"Awalnya waktu bulan Februari lalu itu para peternak datang mengadukan kondisi ternak mereka yang mempunyai gejala tidak nafsu makam. Petugas kemudian mendatangi lokasi untuk melakukan pemeriksaan dan hasilnya memang sapi-sapi itu terserang penyakit," katanya.
Frans mengatakan hasil pemeriksaan terhadap sapi tersebut memperlihatkan kondisi sapi mengalami demam, tidak nafsu makan (anoreksia), dan lemah dengan prognosa infausta.
Petugas juga memberikan tindakan pertolongan berupa pengobatan simptomatis untuk meredakan gejala yang ditemukan.
Sementara pada pada 8 Februari 2023, beberapa sapi dikabarkan mati. Petugas turun ke lapangan untuk melakukan nekropsi guna melihat perubahan patologis yang ada dan mengambil sampel organ.
"Kemudian pihak kami kembali mendapatkan laporan bahwa terdapat sapi yang memperlihatkan gejala yang sama dengan sebelumnya di Desa Bonepute. Setelah dilakukan pemeriksaan klinis, sapi memperlihatkan ciri-ciri yang mengarah ke penyakit Jembrana yaitu hematohidrosis (keringat darah). Selain itu, dilakukan pengambilan sampel darah," terangnya.
Ia menerangkan sampel organ dan darah dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBV) Maros untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya, pada 22 Februari 2023 keluar surat laporan hasil ujian laboratorium BBV Maros dengan kesimpulan positif penyakit Jembrana.
Atas adanya hasil uji laboratorium tersebut, pihak peternakan Lutim akhirnya melakukan vaksinasi Jembrana di lokasi temuan dan daerah yang berdekatan. Kemudian meminta peternak untuk mengisolasi sapi yang menunjukkan gejala sakit.
Selain itu juga, pihak peternakan melakukan tindakan penanganan terhadap sapi yang sakit berupa penyuntikan antibiotik untuk infeksi sekunder dan anti piretik serta terapi supportif berupa pemberian multivitamin.
"Sedangkan untuk hewan sehat yang berada di dekat terduga PMK, diberikan injeksi multivitamin untuk imunitas. Kemudian meminta peternak untuk melakukan kontrol vektor (nyamuk dan lalat) penyebaran penyakit dengan cara pengasapan di kandang atau dengan penyemprotan insektisida," ucapnya.
Kepala Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, Lutim Frans Bungin dikonfirmasi, Selasa, mengatakan, Penyakit Jembrana merupakan penyakit viral yang bersifat menular pada sapi Bali.
"Sebagai upaya untuk mempertahankan populasi ternak sapi dari serangan Penyakit Jembrana, maka kami di Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (PKP) Kabupaten Luwu Timur melakukan vaksinasi terhadap ternak sapi Bali di tiga desa di Kecamatan Burau," ujarnya.
Frans Bungin menjelaskan, penyakit Jembrana merupakan penyakit yang bersifat menular pada sapi Bali, ditandai dengan demam, peradangan selaput lendir mulut (stomatitis), pembesaran kelenjar limfe preskapularis, prefemoralis dan parotid, terkadang disertai keringat darah (blood sweating).
Dia menerangkan vaksinasi dilakukan oleh petugas vaksinator dari bidang Peternakan Dinas PKP Lutim didampingi aparat Desa Bone Pute, Desa Benteng dan Lanosi serta anggota Polsek Burau. Adapun Jumlah ternak yang divaksin sebanyak 81 ekor jenis sapi bali murni.
Frans Bungin mengungkapkan, latar belakang penyakit Jembrana di Luwu Timur berawal pada Februari lalu. Pihaknya menerima laporan peternak di Desa Bonepute perihal ternak sapi bali yang dipelihara memperlihatkan gejala tidak nafsu makan.
"Awalnya waktu bulan Februari lalu itu para peternak datang mengadukan kondisi ternak mereka yang mempunyai gejala tidak nafsu makam. Petugas kemudian mendatangi lokasi untuk melakukan pemeriksaan dan hasilnya memang sapi-sapi itu terserang penyakit," katanya.
Frans mengatakan hasil pemeriksaan terhadap sapi tersebut memperlihatkan kondisi sapi mengalami demam, tidak nafsu makan (anoreksia), dan lemah dengan prognosa infausta.
Petugas juga memberikan tindakan pertolongan berupa pengobatan simptomatis untuk meredakan gejala yang ditemukan.
Sementara pada pada 8 Februari 2023, beberapa sapi dikabarkan mati. Petugas turun ke lapangan untuk melakukan nekropsi guna melihat perubahan patologis yang ada dan mengambil sampel organ.
"Kemudian pihak kami kembali mendapatkan laporan bahwa terdapat sapi yang memperlihatkan gejala yang sama dengan sebelumnya di Desa Bonepute. Setelah dilakukan pemeriksaan klinis, sapi memperlihatkan ciri-ciri yang mengarah ke penyakit Jembrana yaitu hematohidrosis (keringat darah). Selain itu, dilakukan pengambilan sampel darah," terangnya.
Ia menerangkan sampel organ dan darah dikirim ke Balai Besar Veteriner (BBV) Maros untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Hasilnya, pada 22 Februari 2023 keluar surat laporan hasil ujian laboratorium BBV Maros dengan kesimpulan positif penyakit Jembrana.
Atas adanya hasil uji laboratorium tersebut, pihak peternakan Lutim akhirnya melakukan vaksinasi Jembrana di lokasi temuan dan daerah yang berdekatan. Kemudian meminta peternak untuk mengisolasi sapi yang menunjukkan gejala sakit.
Selain itu juga, pihak peternakan melakukan tindakan penanganan terhadap sapi yang sakit berupa penyuntikan antibiotik untuk infeksi sekunder dan anti piretik serta terapi supportif berupa pemberian multivitamin.
"Sedangkan untuk hewan sehat yang berada di dekat terduga PMK, diberikan injeksi multivitamin untuk imunitas. Kemudian meminta peternak untuk melakukan kontrol vektor (nyamuk dan lalat) penyebaran penyakit dengan cara pengasapan di kandang atau dengan penyemprotan insektisida," ucapnya.