Medan (ANTARA) - Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) Kemendikbudristek tahun 2023 ini akan merevitalisasi 71 bahasa daerah di 25 provinsi, sebagai upaya menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah di Indonesia.
"Tentunya tujuan utama dari revitalisasi tersebut agar bahasa daerah itu tetap bisa terjaga dan lestari keberadaannya," kata Sekretaris Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek, Hafidz Muksin di Medan, Sabtu.
Ia mengatakan hal tersebut pada acara diseminasi program prioritas bidang kebahasaan dan kesastraan di Kota Medan, dalam rangka Penyusunan Rekomendasi Kebijakan Badan Bahasa yang juga menghadirkan anggota Komisi X DPR RI, Sofyan Tan.
Ia mengatakan di Indonesia masih terdapat 718 bahasa daerah, namun banyak bahasa daerah tersebut yang kondisinya terancam punah dan kritis. Penyebab utama kepunahan bahasa daerah adalah karena para penutur sejatinya tidak lagi menggunakan dan mewariskan bahasanya kepada generasi berikutnya.
Padahal bahasa bukan sekadar sekumpulan kata atau seperangkat kaidah tata bahasa, melainkan juga sebagai khazanah kekayaan budaya, pemikiran, dan pengetahuan.
"Kepunahan bahasa berarti hilangnya kekayaan batin para penutur bahasa tersebut," katanya.
Ia mengatakan, dengan revitalisasi bahasa dan sastra daerah tersebut diharapkan para penutur muda dapat menjadi penutur aktif bahasa daerah dan pada gilirannya memiliki kemauan untuk mempelajari bahasa daerah dengan penuh suka cita melalui media yang mereka sukai.
Kemudian menjaga kelangsungan hidup bahasa dan sastra daerah, menciptakan ruang kreativitas dan kemerdekaan bagi para penutur bahasa daerah untuk mempertahankan bahasanya serta menemukan fungsi dan ranah baru dari sebuah bahasa dan sastra daerah.
Sementara Kepala Balai Bahasa Provinsi Sumatera Utara Hidayat Widiyanto mengatakan, implementasi pelestarian bahasa daerah perlu didukung oleh semua pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah daerah, akademisi, pemangku adat dan budaya, rohaniwan, pelaku seni, pengawas sekolah, dan tentu anak-anak sebagai tunas muda bahasa daerah.
Revitalisasi bahasa daerah yang dilaksanakan di Sumatera Utara masuk pada kategori model B. Model B adalah provinsi yang tidak memiliki bahasa yang penuturnya dominan, tetapi memiliki kurang lebih penutur setara atau sama.
Daya hidup bahasa tergolong rentan meskipun jumlah penutur relatif banyak. Bahasa yang digunakan bersaing penggunaannya antarsesama bahasa daerah lain di daerah tersebut.
Untuk meningkatkan minat anak dalam memproduksi bahasa daerah, setidaknya ada tujuh jenis materi yang dapat dikembangkan oleh anak-anak.
Ketujuh materi itu adalah membaca dan menulis aksara daerah, menulis cerita pendek, membaca dan menulis puisi, mendongeng, pidato,menyanyi atau tembang tradisi, dan komedi tunggal (stand up comedy).
"Anak-anak dapat mengembangkan bahasa daerah melalui materi yang ia sukai. Pengalaman 2022 menunjukkan bahwa anak-anak sangat senang dan bahagia dalam menunjukkan kebolehan mereka berbahasa daerah melalui festival yang berjenjang dari tingkat sekolah sampai pada tingkat nasional," katanya.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemendikbudristek revitalisasi 71 bahasa daerah di Indonesia
Berita Terkait

Pemprov Sulsel gelar festival Ramadhan
Minggu, 9 April 2023 21:36 Wib

MTQ Unhas 2023 menghadirkan lomba ceramah Bahasa Bugis Makassar
Selasa, 4 April 2023 23:47 Wib

MTQ Unhas 2023 diwarnai Lomba Ceramah Bahasa Bugis Makassar
Senin, 3 April 2023 17:12 Wib

Polisi: Mayat dalam koper merupakan translator Bahasa Mandarin
Sabtu, 18 Maret 2023 16:41 Wib

Unismuh dan Balai Bahasa kembangkan Kamus Bugis-Indonesia
Rabu, 22 Februari 2023 11:21 Wib

Gubernur Sulsel meraih penghargaan pelestarian bahasa daerah
Rabu, 15 Februari 2023 8:44 Wib

Bahasa Indonesia menjadi mata kuliah wajib di Universitas Sofia Bulgaria
Rabu, 21 Desember 2022 13:13 Wib

Badan Bahasa tambah jumlah provinsi sasaran revitalisasi bahasa daerah
Senin, 14 November 2022 13:18 Wib