Pemprov Sulsel dan Atase Pendidikan Kedutaan Malaysia gagas kerjasama pendidikan
Makassar (ANTARA) - Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Bahtiar Baharuddin dan Atase Pendidikan Kedutaan Besar Malaysia mengadakan pertemuan untuk menggagas peluang kerja sama dalam pengembangan pendidikan di daerah itu.
Bahtiar Baharuddin dalam keterangannya di Makassar Rabu mengatakan, pihaknya berharap terjalin kerja sama pendidikan yang semakin kuat antara Malaysia dan perguruan tinggi di Sulsel.
Saat menerima audiensi rombongan Atase Pendidikan Malaysia, Bahtiar Baharuddin turut mendorong agar kampus bereputasi Malaysia membuka cabang di Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan tersebut turut disampaikan bahwa Malaysia dan Sulawesi Selatan memiliki hubungan sosial kultural yang sangat dekat, bahkan hubungan itu telah tercipta sejak ratusan tahun.
Ia menjelaskan, para perantau atau diaspora dari Sulsel memiliki peranan besar di Malaysia, bahkan kebudayaan Bugis-Makassar tetap kuat di sana, mewarnai kehidupan masyarakat Malaysia, juga stabilitas sosial dan ekonomi.
Masyarakat yang menempati wilayah Sulsel saat ini juga telah lama dikenal sebagai pelaut ulung dan pedagang, serta di mana pun berada senantiasa menjaga kehormatan serta berbaur dengan masyarakat tempatnya mencari penghidupan dan membangun daerah tersebut. Termasuk yang saat ini masuk dalam wilayah Kerajaan Malaysia.
Ia bercerita, masyarakat Bugis-Makassar yang merantau di daerah Melayu yang kemudian ke daerah lainnya di Indonesia membantu menyebarkan bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia.
Sementara itu, Pengurus Education Malaysia Global Service (EMGS) Abdul Razak Bin Ahmad menyampaikan, kunjungannya tersebut adalah untuk mengetahui Sulsel lebih jauh dan kemungkinan peluang kerja sama bidang pendidikan.
"Saya datang untuk belajar, saya rasa pengetahuan kita tentang Sulawesi, Makassar sangat sedikit, jadi saya mengambil inisiatif untuk mengetahui lebih banyak tentang Makassar dan Sulawesi," katanya.
Fokusnya adalah untuk memastikan bahwa kerja sama knowledge, kerja sama pendidikan, kerja sama ilmu menjadi dimensi yang paling penting dalam hubungan antara Malaysia dengan Indonesia.
Setelah bertemu dengan Gubernur Sulsel ia optimistis kerja sama bisa terjalin dengan baik. Termasuk kampus-kampus di Malaysia membuka cabang.
"Saya rasa itu adalah usul yang sangat wajar untuk diberikan pertimbangan oleh Malaysia. Karena potensi pendidikan di Makassar ini sangat besar. Dan Malaysia sepatutnya mempertimbangkan operasi kampus di sini. Bukan saja karena potensinya besar karena dia adalah manivestasi terbaik antara hubungan dua negara," katanya.
Ia juga berharap lebih banyak perguruan tinggi di Sulsel datang ke Malaysia untuk bekerja sama.
"Saya rasa kita sudah harus melihat lebih strategis, umpamanya isu tentang makanan - pangan, climate change - perubahan iklim. Ini adalah isu fenomenal, dan kerja sama strategis antara universitas akan menyelesaikan berbagai persoalan ini," katanya.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh Konsul Kehormatan Malaysia, Dr Bahar Ngitung, Atase Pendidikan Kedubes Malaysia, Zulfadhi Hamzah, Asistant Chairman Education Malaysia, Megat Samsul, EMGS (Education Malaysia Global Services) Malaysia, Firdaus Ismail, dan Duty Konhor Malaysia, Ichlapio Rio.
Sebelumnya, Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan EMGS telah menggelar seminar internasional bertajuk Wacana Pendidikan, Memajukan Pendidikan Tinggi Malaysia dan Indonesia.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemprov Sulsel dan Atase Pendidikan Kedutaan Malaysia gagas pendidikan
Bahtiar Baharuddin dalam keterangannya di Makassar Rabu mengatakan, pihaknya berharap terjalin kerja sama pendidikan yang semakin kuat antara Malaysia dan perguruan tinggi di Sulsel.
Saat menerima audiensi rombongan Atase Pendidikan Malaysia, Bahtiar Baharuddin turut mendorong agar kampus bereputasi Malaysia membuka cabang di Indonesia, khususnya Sulawesi Selatan.
Pada kesempatan tersebut turut disampaikan bahwa Malaysia dan Sulawesi Selatan memiliki hubungan sosial kultural yang sangat dekat, bahkan hubungan itu telah tercipta sejak ratusan tahun.
Ia menjelaskan, para perantau atau diaspora dari Sulsel memiliki peranan besar di Malaysia, bahkan kebudayaan Bugis-Makassar tetap kuat di sana, mewarnai kehidupan masyarakat Malaysia, juga stabilitas sosial dan ekonomi.
Masyarakat yang menempati wilayah Sulsel saat ini juga telah lama dikenal sebagai pelaut ulung dan pedagang, serta di mana pun berada senantiasa menjaga kehormatan serta berbaur dengan masyarakat tempatnya mencari penghidupan dan membangun daerah tersebut. Termasuk yang saat ini masuk dalam wilayah Kerajaan Malaysia.
Ia bercerita, masyarakat Bugis-Makassar yang merantau di daerah Melayu yang kemudian ke daerah lainnya di Indonesia membantu menyebarkan bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal Bahasa Indonesia.
Sementara itu, Pengurus Education Malaysia Global Service (EMGS) Abdul Razak Bin Ahmad menyampaikan, kunjungannya tersebut adalah untuk mengetahui Sulsel lebih jauh dan kemungkinan peluang kerja sama bidang pendidikan.
"Saya datang untuk belajar, saya rasa pengetahuan kita tentang Sulawesi, Makassar sangat sedikit, jadi saya mengambil inisiatif untuk mengetahui lebih banyak tentang Makassar dan Sulawesi," katanya.
Fokusnya adalah untuk memastikan bahwa kerja sama knowledge, kerja sama pendidikan, kerja sama ilmu menjadi dimensi yang paling penting dalam hubungan antara Malaysia dengan Indonesia.
Setelah bertemu dengan Gubernur Sulsel ia optimistis kerja sama bisa terjalin dengan baik. Termasuk kampus-kampus di Malaysia membuka cabang.
"Saya rasa itu adalah usul yang sangat wajar untuk diberikan pertimbangan oleh Malaysia. Karena potensi pendidikan di Makassar ini sangat besar. Dan Malaysia sepatutnya mempertimbangkan operasi kampus di sini. Bukan saja karena potensinya besar karena dia adalah manivestasi terbaik antara hubungan dua negara," katanya.
Ia juga berharap lebih banyak perguruan tinggi di Sulsel datang ke Malaysia untuk bekerja sama.
"Saya rasa kita sudah harus melihat lebih strategis, umpamanya isu tentang makanan - pangan, climate change - perubahan iklim. Ini adalah isu fenomenal, dan kerja sama strategis antara universitas akan menyelesaikan berbagai persoalan ini," katanya.
Pertemuan itu juga dihadiri oleh Konsul Kehormatan Malaysia, Dr Bahar Ngitung, Atase Pendidikan Kedubes Malaysia, Zulfadhi Hamzah, Asistant Chairman Education Malaysia, Megat Samsul, EMGS (Education Malaysia Global Services) Malaysia, Firdaus Ismail, dan Duty Konhor Malaysia, Ichlapio Rio.
Sebelumnya, Universitas Muslim Indonesia (UMI) dan EMGS telah menggelar seminar internasional bertajuk Wacana Pendidikan, Memajukan Pendidikan Tinggi Malaysia dan Indonesia.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pemprov Sulsel dan Atase Pendidikan Kedutaan Malaysia gagas pendidikan