Makassar (ANTARA Sulsel) - Satu perusahaan Korea yang bergerak di bidang marmer akan membangun industri marmer berskala internasional di Kota Makassar yang menjadi pintu gerbang perdagangan Kawasan Timur Indonesia (KTI).
Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin di Makassar, Selasa, usai menerima kunjungan Presiden Komisaris Perusahaan asal Korea itu, mengatakan, ketiga dewan direksi perusahaan marmer itu berniat membangun industri pengolahan marmer di Makassar.
"Rencananya untuk membangun industri marmer di Makassar sudah sejak lima tahun lalu ingin dilakukannya, namun baru saat ini mereka melakukan pertemuan dan menyatakan niatannya itu," ujarnya.
Ilham menjelaskan, posisi Makassar sebagai titik central di KTI membuat para investor berniat menanamkan investasinya. Apalagi perusahaan marmer asal Korea itu sudah melakukan penjajakan sejak lima tahun lalu.
Dalam pertemuan itu juga, Walikota meminta kepada ketiganya agar teknologi industri yang dimilikinya bisa segera dipindahkan ke Makassar agar nantinya marmer yang dihasilkan bukan lagi dalam bentuk mentah, melainkan sudah menjadi olahan yang siap dipasarkan ke pasaran internasional.
"Saya meminta kepada ketiganya agar teknologi yang dimiliknya bisa dipindahkan ke Makassar supaya pekerja asal Indonesia bisa mengetahui cara kerja teknologi tersebut dan berkonsentrasi memproduksi marmer yang sudah terolah dan siap dipasarkan," pintanya.
Sementara itu, Kim Tae Kyun melalui juru bicaranya, Don Putu Wismayodha mengatakan, saat ini produksi marmer di dunia sudah mulai berkurang karena itu mereka datang ke Indonesia, khususnya Sulsel melakukan penjajakan agar bisa membangun produsen marmer terbesar.
Beberapa produsen marmer asal Italia dan China, kata Don, juga mengambil bahan baku di Sulsel dan mengolahnya di negaranya masing-masing sebelum dijual ke Indonesia dan negara lainnya.
"Permintaan Walikota untuk membawa teknologi kami ke Makassar itu bisa dilakukan untuk menunjang kebutuhan pasar internasional, apalagi di Sulsel masih cukup banyak SDA (sumber daya alam) yang belum dikelola dengan baik," katanya.
(T.PK-MH/F003)

