Jakarta (ANTARA) - Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memeriksa Direktur Utama Perumda Pembangunan Sarana Jaya periode 2016—2021 Yoory Corneles alias Yoory C. Pinotoan sebagai saksi penyidikan dugaan korupsi pengadaan lahan di Rorotan, Jakarta Utara.
"Pemeriksaan di Gedung KPK Merah Putih atas inisial YC alias YCP, dan YR," ucap Juru Bicara KPK Tessa Mahardhika saat dikonfirmasi di Jakarta, Selasa.
Yoory Corneles alias Yoory C. Pinotoan telah diperiksa pada hari Senin (9/9) ketika KPK mendalami kronologi pengadaan lahan di Rorotan, Jakarta Utara untuk pembangunan rumah DP Rp0 di lingkungan BUMD Sarana Jaya.
Selain Yoory Corneles, KPK juga memeriksa Senior Manajer Divisi Pertanahan dan Hukum Perumda Pembangunan Sarana Jaya Yadi Robby atau YR selaku saksi.
Sebelumnya, Direktur Penyidikan KPK Asep Guntur pada hari Rabu (26/6) mengungkapkan kerugian keuangan negara terkait dengan perkara tersebut mencapai lebih dari Rp200 miliar.
Asep menerangkan bahwa modus dugaan korupsi dalam perkara tersebut adalah adanya permainan antara pembeli dan makelar yang menyebabkan adanya selisih harga hingga berujung pada kerugian keuangan negara.
Pembelian itu, menurut dia, mengabaikan proses yang benar. Misalnya, beli tanah seharusnya bisa langsung kepada penjual, tetapi ini ada makelarnya di tengah.
"Terlihat ada persekongkolan antara pembeli dan makelar tersebut, padahal harusnya pembeli itu bisa langsung membeli tanah dari penjual atau masyarakat," ujarnya.
KPK pada hari Kamis (13/6) mengumumkan dimulainya penyidikan terkait dengan dugaan korupsi pengadaan lahan di Rorotan, Jakarta Utara di lingkungan BUMD Sarana Jaya.
Selain itu, KPK juga mengumumkan telah melakukan cekal ke luar negeri terhadap 10 orang tersebut berlaku sejak 12 Juni 2024 selama 6 bulan dan dapat diperpanjang untuk kepentingan penyidikan.
Anggota Tim Juru Bicara KPK Budi Prasetyo mengatakan bahwa para pihak yang dicegah tersebut, yakni dua manajer PT CIP dan PT KI yang berinisial DBA dan PS, notaris berinisial JBT, dan advokat berinisial SSG. Selain itu, ada enam pihak swasta yang turut dicegah keluar negeri yang berinisial ZA, MA, FA, NK, LS, dan M.
Dengan perkara tersebut telah memasuki tahap penyidikan, kata dia, bisa dipastikan sudah ada pihak yang ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara tersebut.
Meski demikian, siapa saja pihak yang ditetapkan sebagai tersangka beserta uraian lengkap perkara tersebut baru akan disampaikan penyidik ketika penyidikan dinyatakan rampung.
Budi menjelaskan bahwa penyidikan perkara dugaan korupsi pengadaan lahan di Rorotan tersebut merupakan pengembangan dari penyidikan perkara dugaan korupsi pengadaan lahan di Cakung, Jakarta Timur.
Dalam perkara tersebut, mantan Direktur Utama (Dirut) Perumda Pembangunan Sarana Jaya Yoory Corneles Pinontoan didakwa melakukan korupsi dan merugikan keuangan negara senilai Rp256 miliar.
Dalam surat dakwaan tersebut, Yoory didakwa melakukan korupsi bersama pemilik PT Adonara Propertindo Rudy Hartono dan Direktur Operasional Tommy Adrian.
Jaksa mendakwa Yoory menerima keuntungan Rp31,8 miliar, sementara Rudy mendapatkan keuntungan sebesar Rp224 miliar.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KPK kembali periksa eks Dirut Sarana Jaya terkait lahan di Rorotan
Berita Terkait
KPK: OTT di Kalimantan Selatan terkait pengadaan barang dan jasa
Senin, 7 Oktober 2024 15:42 Wib
KPK mendalami peran Joice Triatman soal dugaan korupsi pengadaan xray Kementan
Sabtu, 21 September 2024 12:12 Wib
Pemprov Sulsel berupaya tingkatkan kualitas pengadaan barang dan jasa
Sabtu, 21 September 2024 1:48 Wib
KPK memanggil sejumlah pejabat Kementan terkait dugaan korupsi pengadaan xray
Selasa, 10 September 2024 17:15 Wib
KPK mendalami kronologi pengadaan lahan Rorotan
Selasa, 10 September 2024 14:20 Wib
KPK panggil putra SYL sebagai saksi dugaan korupsi pengadaan pemindai xray Kementan
Rabu, 4 September 2024 15:59 Wib
Pemprov Sulbar alokasikan Rp30 miliar untuk pengadaan bibit pertanian
Senin, 2 September 2024 1:36 Wib
Pemprov Sulbar mengalokasikan anggaran pengadaan sejuta bibit durian
Selasa, 20 Agustus 2024 22:44 Wib