Makassar (Antaranews Sulsel) - Perayaan tahun baru china atau Imlek 2570 atau tahun 2019 berlangsung aman dan terkendali di Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa.
Klenteng Xian Ma sebagai dan pusat ibadah umat Budha, terlihat dipadati orang sejak pagi hingga petang untuk melakukan sembahyang di klenteng setempat. Secara bergelombang berdatang untuk melaksanakan ibadah sebagai bentuk rasa kesyukuran kepada dewa mereka.
"Biasanya pagi hingga sore nanti orang-orang berdatangan untuk melaksanakan sembahyang. Kami sudah menyiapkan segala sesuatunya agar mereka merasa nyaman untuk beribadah,"sebut Humas Klenteng Xian Ma, Robbyanto Rusli.
Menurut dia, tahun ini merupakan tahun shio babi tanah yang merupakan tahun yang baik untuk peningkatan perekonomian utamanya di bidang industri, kendati diakui perekonomian di Indonesia lesu akibat krisis global, namun pada dasarnya semua tahun shio baik.
Mengenai jumlah orang yang mengunjungi klenteng diketahui salah satu klenten tertua di Sulawesi Selatan, kata dia, tidak bisa diperinci sebab tidak semua orang bersamaan datang untuk beribadah.
"Sejak tadi malam memang klenteng sudah ramai sampai pagi tadi. Biasanya kalau sore kembali ramai orang-orang sembahyang untuk memuja dewa-dewi," katanya.
Selain itu, rata-rata warga tionghoa saling berizarah ke keluarga masing-masing untuk bersilaturahmi menguatkan tali persaudaraan selama pelaksanaan imlek dan itu sudah menjadi tradisi.
Ditempat terpisah, warga tionghoa Erik Horas bersama keluarganya saat berkumpul mengatakan sudah menjadi tradisi selama perayaan imlek berkumpul bersama sanak saudara. Salah satu yang selalu dicari-cari adalah pembagian amplop (ampao) identik berwarna merah.
"Memang sudah menjadi tradisi di keluarga kami berkumpul dan mengundang keluarga termasuk teman-teman muslim untuk sama-sama ikut bergembira dan menjalin silaturahmi saat Imlek. Salah satu yang dinanti-nanti adalah pembagian ampao," tutur legislator Partai Gerindra itu di Novotel hotel Makassar.
Berdasarkan pantauan, sejumlah vihara dan klenteng bagi umat Budha melaksanakan ibadah sembahyang hingga merayakan imlek tahun ini seperti di Vihara Girinaga.
Selanjutnya, di Vihara Sasanadipa, Vihara Buddha Maitreya, Klenteng Kwang Kong. Dan Vihara Istana Avalokitesvara, ramai dikunjungi untuk melaksanakan sembahnya sekaligus merayakan imlek tahun ini.
Sementara itu, dari pantuan puluhan pengemis musiman memadati sejumlah Klenteng. Hal ini sudah menjadi kebiasaan hadirnya pengemis musiman tersbut menunggu rezki dari warga tionghoa usai melaksanakan sembahyang di sejumlah klenteng maupun vihara di Makassar.
Ada dua lokasi yakni di Klenteng Xian Ma dan Klenteng Kwang Kong terletak di jalan Sulawesi, di depan klenteng setempat terlihat dipadati pengemis. Bahkan mereka rela datang saat pagi-pagi buta untuk bisa mendapatkan uang lebih dari warga tionghoa sesaat melakukan sembahyang.
"Dari tadi pagi kami disini. Ada juga orang-orang lain datang dan sudah mengkapling tempat di depan klenteng. Kami hanya berharap dapat ampao sebagai belas kasih saat imlek," kata Sulastri kini berusia 41 tahun.
Ibu dua anak ini berasal dari Sunggguminasa, Kabupaten Gowa itu mengatakan, diajak temannya untuk mengemis di klenteng dan diminta mengenakan baju merah sebagai simbol Imlek dan dimudahkan mendat reski.
"Teman saya yang ajak, dia tinggal di Daeng Tata. Memang setiap tahun kalau memasuki Imlek banyak orang mengharap belas kasih dari orang-orang cina yang merayakan imlek,"tambahnya.
Sebelumnya, Kepolisian Daerah Sulawesi Selatan menurunkan sebanyak 518 personil untuk dikerahkan mengamankan proses perayaan Imlek tahun ini.
"Personil yang diturunkan terdiri dari anggota Brimob, Sabhara, Lalulintas, dan Babinkamtibmas," katanya Kabid Humas Polda, Kombes Pol Dicky Sondani.
Kegiatan pengamanan tersebut dilakukan saat malam Imlek dengan menempatkan personil serta menyisir sejumlah Vihara maupun Klenteng di beberapa titik di wilayah Kota Makassar sebagai bentuk antisipasi kejadian yang tidak diinginkan.
Untuk sterilisasi klenteng dan vihara, tambah Dicky, melibatkan unsur personil Brimob Polda Sulsel dengan dibekali senjata lengkap. Pola pengamanan bersifat tertutup dan terbuka, memeriksa di bagian luar maupun dalam ruangan Vihara serta Klenteng setempat.