Padang, (ANTARA) - Kementerian Riset dan Teknologi menyalurkan anggaran sebesar Rp15 triliun pada 2020 untuk mendorong hilirisasi hasil riset di perguruan tinggi sehingga dapat diimplementasikan di dunia usaha dan bermanfaat bagi masyarakat.
"Caranya pertama kita menyediakan dana hibah yang disediakan secara berkelanjutan, begitu satu tahapan riset selesai ada hibah lagi sehingga peneliti lebih terpacu untuk akhirnya sampai pada tahap hilirisasi dan komersialisasi," kata Menteri Riset dan Teknologi/ Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro di Padang, Senin malam.
Ia menyampaikan hal itu pada Rapat Kerja Satuan Pengawas Internal Perguruan Tinggi Negeri dan LL Dikti se-Indonesia dengan tema Peran Satuan Pengawas Internal dalam Mengawal Perubahan Organisasi Kementerian.
Menurut dia anggaran Rp15 triliun itu di luar operasional dan diupayakan tepat sasaran agar hilirisasi riset lebih cepat.
Selain memberikan hibah pihaknya juga akan melibatkan pihak swasta dan BUMN lebih awal sehingga peneliti tahu apa yang menjadi kebutuhan perusahaan dan masyarakat agar hilirisasi riset menjadi lebih mudah.
Ia memaparkan pada 2020 fokus riset ada sembilan area meliputi pangan, kesehatan, obat, energi, teknologi maju, hingga upaya mengatasi persoalan pembangunan seperti stunting, perubahan iklim, bencana.
"Dengan demikian riset akan bermanfaat langsung bagi masyarakat," kata dia.
Pada sisi lain terkait dengan adanya duplikasi hingga replikasi riset ia menyampaikan akan dikendalikan oleh program Badan Riset dan Inovasi Nasional agar tidak ada lagi pengulangan tema yang sama.
"Tujuannya agar ada sinergi di antara para pihak yang meneliti tema yang sama sehingga bisa bekerja sama." ujarnya.
Bambang mengatakan penelitian bagi perguruan tinggi tidak hanya sebatas untuk naik pangkat bagi dosen namun ke depan harus bisa diimplementasikan.
Penelitian merupakan cara untuk berkontribusi lebih besar kepada negara sehingga bisa memberikan kesejahteraan yang lebih luas bagi masyarakat, kata dia.
Supaya ada kaitan antara penelitian dengan daya saing nasional harus ada inovasi sehingga bisa dihilirkan.
Ia meyakini kalau untuk publikasi sudah banyak yang bisa melakukan, akan tetapi penelitian tidak sebatas publikasi karena setelah itu ada temuan yang dipatenkan.
"Kita berharap setelah ada paten tidak berhenti sampai di situ karena kurang berguna jika tidak ada yang membeli lisensi atau membuatnya menjadi sesuatu yang diterima masyarakat luas," kata dia.
Oleh sebab itu ia mendorong paten harus berlanjut pada lisensi untuk masuk kepada arena komersial dan ditawarkan masuk kepada dunia usaha.
Berita Terkait
Konsultan Asia Tenggara memberi pendampingan bagi riset di Unhas
Jumat, 22 Maret 2024 13:51 Wib
UMI dan Hiroshima University jalin kerja sama riset dan pertukaran mahasiswa
Rabu, 21 Februari 2024 15:21 Wib
LLDikti IX harap profesor UMI Makassar jadi pelopor riset
Rabu, 7 Februari 2024 19:42 Wib
BRIN membuka delapan skema pendanaan riset
Senin, 5 Februari 2024 16:02 Wib
Data Riset Analitikav: Gerindra partai dengan elektabilitas tertinggi
Rabu, 31 Januari 2024 6:22 Wib
Direktorat Intelektual Unhas targetkan 100 proposal lolos Kedaireka 2024
Kamis, 18 Januari 2024 20:24 Wib
20 Tim peneliti Unhas lolos pendanaan riset I-CORE dari Kemendikbudristek
Kamis, 4 Januari 2024 15:04 Wib
Alam Ganjar menampung aspirasi relawan di Makassar soal akses dana riset
Rabu, 6 Desember 2023 17:44 Wib