Mamuju (ANTARA News) - Sebagian besar petani tanaman Kakao di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat (Sulbar) mengeluh, menyusul harga komoditi unggulan bagi petani di daerah ini sejak beberapa pekan terakhir mulai turun.
Suparman, (42) petani kakao di Mamuju, Minggu, mengatakan, para petani Kakao di sejumlah kecamatan di Kabupaten Mamuju mulai tidak bersemangat karena terus anjloknya harga coklat di sejumlah pasar di daerah ini.
"Sudah beberapa pekan terakhir ini, harga komoditi Kakao anjlok dari harga normal," katanya.
Ia mengungkapkan, harga kakao saat ini hanya sekitar Rp21.000/kilogram, padahal sebelumnya, harga kakao cukup menguntungkan para petani di daerah ini dengan kisaran sebesar Rp28.000/kilogram hingga Rp29.000/kilogram.
"Turunnya harga kakao di pasar tradisional di Mamuju membuat petani Kakao sedikit pusing karena biaya yang dikeluarkan untuk pembelian pupuk cukup tinggi," katanya.
Dia mengatakan, selain harga komoditi itu jatuh di pasaran, tingkat produksi hasil panen juga cenderung berkurang, karena buah saat memasuki musim panen banyak yang rusak akibat terserang hama.
"Jika berjalan normal maka tingkat produksi hasil panen raya untuk komoditi kakao dapat mencapai ratusan ton, namun, kali ini produksinya turun dua kali lipat akibat terserang penyakit atau hama," katanya.
Ia berharap, pemerintah daerah yang mencanangkan program gerakan nasional peningkatan mutu dan produksi kakao (Gernas-pro Kakao) tidak hanya dijadikan simbol, namun, diharapkan program ini dapat diimplementasikan ke petani yang ada di Sulbar.
"Selama ini banyak membantu petani melalui program gernas, namun, program ini belum menyentuh secara merata terhadap petani," katanya.
Mestinya, pihak Dinas Perkebunan (Disbun) yang mewadahi petani dapat melakukan pendataan petani kakao, sehingga bantuan itu tersalurkan secara merata kesemua petani yang ada.
"Jangan ada pengecualian, karena petani sangat mengharapkan bantuan itu untuk memenuhi program peningkatan mutu dan produksi kakao," katanya.
Ia juga berharap pemerintah daerah segera menurunkan petugas penyuluh pertanian untuk mendampingi petani kakao yang mayoritas penduduknya bertumpu di bidang pertanian.
"Sekitar 60 persen dari penduduk Sulbar bertumpu pada sektor pertanian tanaman Kakao, sehingga peran pemerintah itu sangat diharapkan dapat membantu secara optimal kepada petani di Sulbar," katanya. (T.KR-ACO/A033)
Berita Terkait
BI Sulbar optimalkan pengembangan kakao kopi dan sukun
Senin, 16 September 2024 11:01 Wib
BI Sulbar: Perkebunan kakao serap 123.561 orang tenaga kerja
Sabtu, 14 September 2024 12:12 Wib
Pemprov Sulbar jadikan Tubbi Taramanu sebagai pusat pengembangan kakao
Jumat, 23 Agustus 2024 1:37 Wib
KKN-Tematik Unhas sosialisasi TTG pembuatan pupuk dari limbah kakao di Lutim
Minggu, 11 Agustus 2024 18:04 Wib
Pemprov Sulbar tanam kakao dan kopi pada lahan seluas 1.100 hektare
Selasa, 11 Juni 2024 23:40 Wib
Pemprov Sulbar beri pelatihan pada petani hasilkan kakao berkualitas
Rabu, 29 Mei 2024 0:54 Wib
Pj Gubernur Sulsel minta bantuan bibit kopi dan kakao pada Mentan
Selasa, 28 Mei 2024 2:03 Wib
Bapperida Sulbar ingin Jadikan kakao komoditi unggulan bangun ekonomi
Senin, 11 Maret 2024 17:46 Wib