Makassar (ANTARA) - Festival Aksara Lontaraq (Falaq) ke-2 yang digelar secara virtual fokus pada upaya bagaimana mendorong dan mengaktualisasi nilai-nilai budaya Aksara Lontaraq menjadi Peraturan Daerah Aksara Lontaraq.
Panitia pelaksana Falaq Upi Asmaradhana di Makassar, Sabtu, mengatakan kegiatan Festival Aksara Lontaraq yang dilaksanakan itu sebagai bentuk menjaga warisan artefak terbaik Sulawesi Selatan, yaitu Aksara Lontaraq.
"Dalam sejarahnya tidak banyak bangsa di dunia yang memiliki aksara dan Aksara Lontaraq menjadi tanggung jawab kita bersama semua sehingga kita harapkan festival yang kita lakukan setiap tahun ini akan menjadi bagian dari upaya penyelamatan warisan dan nilai-nilai luhur masyarakat Sulsel," ujarnya.
Ia mengatakan, seminar Aksara lontaraq pertama pada 2020, juga dilakukan secara internasional yang dihadiri 11 negara dan diikuti 1865 peserta.
"Tahun ini fokus pada Perda semua aktivitas dan kegiatan kita serahkan kepada DPRD Sulsel dan Pak Gubernur untuk mengawal rekomendasi tahun lalu. Agar Perda Aksara Lontaraq itu bisa terwujud," katanya.
Upi berharap ke depannya melalui Perda Akasara Lontaraq, maka masyarakat Sulsel dari generasi ke generasi akan bangga dengan kebudayaan Aksara lontaraq yang dimiliki.
"Kita bermimpi saat seseorang masuk ke Sulsel yang pertama dia baca di ucapan selamat datang itu adalah tulisan Aksara Lontaraq. Kita masuk di ruang perpustakaan, ruang pemerintah yang ada Aksara Lontaraq. Maka orang-orang akan bangga dengan kebudayaannya sendiri dan orang-orang mau hidup untuk warisan leluhurnya," terangnya.
Asisten Administrasi Pemprov Sulsel Tautoto Tana Ranggina Sarongallo mengatakan Pemerintah Provinsi Sulsel mendukung penuh segala upaya pelestarian warisan budaya Sulawesi Selatan salah satunya Aksara Lontaraq.
"Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan sangat mendukung terlaksananya seminar ini, guna menghasilkan rumusan Ranperda Aksara Lontaraq. Sekali lagi Pemerintah Sulawesi Selatan sangat mendukung seminar yang digelar ini sebagai salah satu cara memelihara dan melestarikan Aksara Lontaraq sebagai warisan budaya masyarakat Sulawesi Selatan," tegasnya.
Hal serupa juga diungkapkan Ketua DPRD Sulawesi Selatan Andi Ina Kartika Sari. Menurut dia, Festival Aksara Lontaraq merupakan sebuah kebanggaan masyarakat Sulawesi Selatan.
Sebagai Ketua DPRD ia memberi apresiasi dan mengatakan Ranperda Aksara Lontaraq akan menjadi tugas bersama mewujudkannya.
"Ranperda ini adalah hal yang bisa menjadi bagian tugas sejarah dalam menjaga warisan budaya leluhur. Kami siap mengawalnya," kata Andi Ina yang tampil dengan busana adat daerah.
Andi Ina juga mengatakan, pihaknya akan membantu panitia agar Ranperda Lontaraq bisa menjadi agenda pembahasan pada 2022 mendatang sehingga pada festival berikutnya Lontaraq sudah menjadi Perda di Sulsel.
Prof Nurhayati Rahman yang berbicara soal sejarah Aksara Lontaraq menilai, sudah saatnya masyarakat Sulsel bersatu padu memajukan Lontaraq.
"Sudah saatnya kita menepis segala perbedaan-perbedaan untuk menjaga dan melestarikan Aksara Lontaraq," ujar penulis I LagaliGo itu.
Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Provinsi Sulsel Moh Hasan Sijaya yang menjadi tuan rumah acara FALAQ berharap Lontaraq menjadi bagian dari kebudayaan masyarakat Sulawesi Selatan.
"Sudah Saatnya Lontaraq menjadi tuan rumah di negerinya sendiri. Kami sangat mendukung terciptanya Perda Aksara Lontaraq. Perda ini akan menjadi ciri khas dan kebanggan kita bersama," kata Hasan Sijaya.
Pada seminar tersebut, beberapa pembicara hadir yakni Pakar Filologi dan Naskah La Galigo Universitas Hasanuddin Prof Dr Nurhayati Rahman, Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Sulsel Hasan Sijaya, Kepala Perpustakaan Nasional Muhammad Syarief Bando, Ketua DPRD Sulawesi Selatan Andi Ina Kartika Sari dan Asisten Administrasi Provinsi Sulsel Tautoto Tana Ranggina Sarongallo.