Makassar (ANTARA) - Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Luwu Utara menjalin kerjasama dengan United Nations Children's Fund ( Unicef) dan Yayasan Jenewa Madani Indonesia untuk memperkuat pendidikan kesehatan gizi di sekolah-sekolah.
Salah satunya adalah pelaksanaan Orientasi Komponen Gizi Sekolah/Madrasah Sehat di tingkat Kabupaten Luwu Utara yang sebelumnya dilaksanakan di tingkat Provinsi Selo Selatan.
Direktur Geneva Madani Indonesia Surahmansah Said melalui keterangannya yang dirilis di Makassar, Senin menyatakan bahwa gizi merupakan salah satu masalah kesehatan prioritas bagi anak usia sekolah dan remaja, sehingga pendidikan kesehatan dan gizi di sekolah/madrasah perlu diperkenalkan dan diperkuat.
“Agar tercipta generasi penerus yang sehat dan berkualitas karena jumlah anak dan remaja di Indonesia saat ini sangat tinggi dan ini akan membuat Indonesia mendapatkan bonus demografi pada tahun 2045, dimana 70 persen penduduknya merupakan usia produktif,” jelasnya. .
Secara garis besar kegiatan ini merupakan pelatihan fasilitator berjenjang tentang orientasi komponen gizi sekolah/madrasah sehat yang bertujuan untuk meningkatkan wawasan dan derajat kesehatan siswa.
Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2018 melaporkan bahwa >8 persen remaja berusia 13-18 tahun mengalami gizi buruk, >25 persen menderita stunting, dan sekitar 15 persen mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
Apalagi, sebanyak 32 persen remaja menderita anemia. Selain itu, 20 persen anak usia sekolah (5-12 tahun) mengalami kelebihan berat badan atau obesitas.
“Kebiasaan makan yang tinggi kalori, namun rendah mikronutrien dan kurangnya aktivitas fisik menyebabkan berbagai masalah gizi pada anak usia sekolah dan remaja,” tambah Nike Frans selaku Nutrition Officer Unicef Sulawesi.
Hal ini meningkatkan risiko anak-anak dan remaja terkena penyakit tidak menular, seperti penyakit jantung koroner, diabetes, dan penyakit lainnya di masa dewasa. Akibatnya produktivitas generasi penerus bangsa terancam menurun dan pembangunan nasional dapat terganggu.
Program Aksi Gizi yang terselenggara bersama empat kementerian yaitu Kementerian Kesehatan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Agama serta Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah disepakati untuk diikutsertakan dan diperluas melalui program nasional Program Sekolah/Madrasah Sehat.
Hal ini merupakan wujud nyata Upaya Kesehatan Sekolah/Madrasah (UKS/M) yang terdiri dari tiga komponen yaitu pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan dan membangun lingkungan sekolah yang sehat.
Kanwil Kemenag Provinsi Sulsel Syamsiah menyebutkan bahwa pada tahun 2022, Kemenag melalui dukungan Unicef Indonesia telah menandatangani Kerjasama Program Gizi Anak dan Remaja Usia Sekolah di Madrasah.
“Itu termasuk pengembangan pedoman, model gizi, peningkatan kapasitas, koordinasi, intervensi di Sekolah/Madrasah dan pemantauan evaluasi,” katanya.
Kepala Kantor Kementerian Luwu Utara Rusydi Hasyim menambahkan jika Indonesia memiliki bonus demografi, tentu saja mereka menginginkan remaja yang sehat dan berkualitas sebagai aset.”Namun,
jika remaja ini tidak kita rawat baik dari segi gaya hidup maupun visinya, mereka nantinya akan menjadi aset yang menyakitkan dan tentunya akan menjadi bumerang bagi negara kita sendiri,” ujarnya.
Orientasi komponen gizi madrasah sehat ini mengundang perwakilan guru dan tenaga gizi, kurang lebih 24 Madrasah dan 12 Puskesmas. Intervensi gizi multi komponen, termasuk pendidikan gizi yang melibatkan guru dan orang tua, efektif meningkatkan pengetahuan dan perilaku siswa dan tentunya akan memutus siklus masalah gizi.
Diharapkan kegiatan tersebut dapat terlaksana apabila guru dan petugas gizi mampu menerapkan komponen gizi di Madrasah, seperti pendidikan gizi, sarapan dan minum tablet tambah darah (TTD) secara bersama-sama, skoring dan pemeriksaan kesehatan, membangun kader kesehatan, membangun kantin sehat dan halaman sekolah sehat.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kementerian Kesehatan dan Unicef bekerja sama memperkuat pendidikan kesehatan gizi