Pengamat: Hubungan China dan Filipina tak terpengaruh kepentingan asing
Beijing (ANTARA) - Hubungan China dan Filipina tidak terpengaruh pihak luar yang berupaya membenturkan kepentingan bersama kedua negara tersebut, menurut pengamat.
Kemungkinan itu diperkuat dengan kunjungan Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr ke China pada 3-5 Januari atas undangan Presiden Xi Jinping.
"China adalah negara pertama selain anggota ASEAN yang dikunjungi Marcos sejak menjabat Presiden Filipina," kata Direktur Pusat Studi Asia Tenggara pada Chinese Academy of Social Sciences Prof Xu Liping, Rabu.
Menurut dia, Marcos bersama delegasi besar dari berbagai bidang di Filipina berkeinginan meningkatkan kerja sama dengan China.
"Hal ini membuktikan bahwa Filipina yang dipimpin oleh pemerintahan Marcos masih menempatkan hubungan dengan China sebagai prioritas," kata profesor yang fasih bercakap bahasa Indonesia itu.
Ia melihat Filipina ingin bekerja sama dengan China di bidang infrastruktur, pertanian, energi, pertukaran masyarakat dan budaya.
Manila berharap Beijing akan melanjutkan proyek-proyek infrastruktur berskala besar di Filipina agar bisa terkoneksi dengan China sesuai dengan Prakarsa Sabuk Jalan (BRI), ujar profesor yang menerbitkan berbagai buku dalam bahasa Indonesia itu.
Di bidang pertanian, kata Xu, Marcos yang juga merangkap jabatan sebagai menteri pertanian sangat perhatian dengan masalah ketahanan pangan di tengah peningkatan kekhawatiran atas krisis pangan yang dipicu konflik Ukraina.
Filipina dengan demikian juga membutuhkan kerja sama dengan China untuk mendorong pembangunan pertanian di negaranya, sekaligus belajar dari pengalaman China dalam pengentasan kemiskinan, kata Xu.
Menyangkut energi, terutama di bidang energi baru dan bersih, Xu melihat keunggulan China.
"Ada kemungkinan kedua belah pihak mencapai kesepakatan baru untuk bersama-sama mengeksplorasi sumber daya energi di Laut China Selatan," ujarnya.
Dia juga melihat bahwa Filipina akan mencari peluang untuk memulihkan sektor pariwisatanya karena China telah menyesuaikan kebijakan pengendalian dan pencegahan pandemi COVID-19.
Terkait perjanjian aliansi dengan Washington dalam strategi Indo-Pasifik, Xu berpendapat Filipina akan berdiri sendiri.
"Upaya aliansi itu gagal di era mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte sehingga pemerintahan Biden sedang berusaha memperbaiki hubungan AS-Filipina," ujar Xu.
"Namun, Marcos tidak akan bekerja sama dan akan mempertahankan diplomasi yang dijalankan Duterte untuk menjaga keseimbangan antara dua kekuatan besar," katanya, menambahkan.
Marcos menjadi kepala negara asing pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan ke China pada 2023.
China dan Filipina sama-sama merupakan negara yang terlibat sengketa wilayah di perairan Laut China Selatan.
China tidak mengakui keputusan Mahkamah Internasional atas gugatan yang diajukan Filipina menyangkut sengketa wilayah itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat anggap hubungan China-Filipina tak terpengaruh asing
Kemungkinan itu diperkuat dengan kunjungan Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos Jr ke China pada 3-5 Januari atas undangan Presiden Xi Jinping.
"China adalah negara pertama selain anggota ASEAN yang dikunjungi Marcos sejak menjabat Presiden Filipina," kata Direktur Pusat Studi Asia Tenggara pada Chinese Academy of Social Sciences Prof Xu Liping, Rabu.
Menurut dia, Marcos bersama delegasi besar dari berbagai bidang di Filipina berkeinginan meningkatkan kerja sama dengan China.
"Hal ini membuktikan bahwa Filipina yang dipimpin oleh pemerintahan Marcos masih menempatkan hubungan dengan China sebagai prioritas," kata profesor yang fasih bercakap bahasa Indonesia itu.
Ia melihat Filipina ingin bekerja sama dengan China di bidang infrastruktur, pertanian, energi, pertukaran masyarakat dan budaya.
Manila berharap Beijing akan melanjutkan proyek-proyek infrastruktur berskala besar di Filipina agar bisa terkoneksi dengan China sesuai dengan Prakarsa Sabuk Jalan (BRI), ujar profesor yang menerbitkan berbagai buku dalam bahasa Indonesia itu.
Di bidang pertanian, kata Xu, Marcos yang juga merangkap jabatan sebagai menteri pertanian sangat perhatian dengan masalah ketahanan pangan di tengah peningkatan kekhawatiran atas krisis pangan yang dipicu konflik Ukraina.
Filipina dengan demikian juga membutuhkan kerja sama dengan China untuk mendorong pembangunan pertanian di negaranya, sekaligus belajar dari pengalaman China dalam pengentasan kemiskinan, kata Xu.
Menyangkut energi, terutama di bidang energi baru dan bersih, Xu melihat keunggulan China.
"Ada kemungkinan kedua belah pihak mencapai kesepakatan baru untuk bersama-sama mengeksplorasi sumber daya energi di Laut China Selatan," ujarnya.
Dia juga melihat bahwa Filipina akan mencari peluang untuk memulihkan sektor pariwisatanya karena China telah menyesuaikan kebijakan pengendalian dan pencegahan pandemi COVID-19.
Terkait perjanjian aliansi dengan Washington dalam strategi Indo-Pasifik, Xu berpendapat Filipina akan berdiri sendiri.
"Upaya aliansi itu gagal di era mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte sehingga pemerintahan Biden sedang berusaha memperbaiki hubungan AS-Filipina," ujar Xu.
"Namun, Marcos tidak akan bekerja sama dan akan mempertahankan diplomasi yang dijalankan Duterte untuk menjaga keseimbangan antara dua kekuatan besar," katanya, menambahkan.
Marcos menjadi kepala negara asing pertama yang melakukan kunjungan kenegaraan ke China pada 2023.
China dan Filipina sama-sama merupakan negara yang terlibat sengketa wilayah di perairan Laut China Selatan.
China tidak mengakui keputusan Mahkamah Internasional atas gugatan yang diajukan Filipina menyangkut sengketa wilayah itu.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Pengamat anggap hubungan China-Filipina tak terpengaruh asing