Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengimbau seluruh masyarakat untuk betul-betul memperhatikan ibu hamil, sebab potensi keguguran lebih besar terjadi selama perjalanan mudik.
“Sebetulnya yang ingin mudik itu orang tuanya, tapi anak yang dikandung dan ibu hamil pun dikorbankan. Harusnya kalau hamil muda masih istirahat, tidak boleh traveling, tidak boleh capek, dia tetap mudik akhirnya waktu Idul Fitri terjadi keguguran banyak,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo kepada ANTARA di Jakarta, Kamis.
Hasto yang juga dokter kandungan tersebut menuturkan masa kehamilan merupakan masa yang rawan, bagi para perempuan untuk menempuh perjalanan dalam jarak yang jauh seperti saat mudik. Hal itu disebabkan karena kondisi kesehatan para ibu yang cenderung lebih mudah merasa lelah.
Ketika seorang ibu hamil yang lelah memaksakan ikut melanjutkan perjalanan, banyak tenaga kesehatan di rumah sakit yang menemukan banyak ibu menghadapi pendarahan atau ketuban pecah selama di perjalanan. Potensinya semakin besar bila ibu sedang hamil tua.
“Pesan saya tolong perhatikan perempuan yang hamil itu. Hati-hati apalagi hamil tua, ada lagi yang hamil sudah tujuh bulan dia pecah ketuban karena dia naik ojek (motor), naik turun gunung, hanya untuk mudik. Tolong kalau masalah lalulintas, mungkin Pak Menteri Perhubungan sudah memberikan banyak saran, tapi kalau saya memberikan perhatian pada yang rawan seperti ibu hamil dan anak-anak,” katanya.
Sebagai bentuk antisipasi dan mewujudkan perjalanan yang nyaman dan aman bagi ibu hamil, Hasto menyarankan agar anggota keluarga membawa ibu untuk mengkonsultasikan kesehatannya beserta kehamilannya pada dokter yang bersangkutan, untuk menerima berbagi rekomendasi atau obat yang diperlukan.
“Bila sudah empat bulan, itu berarti sudah pas batas waktunya. Kalau kurang dari empat bulan, lebih baik tidak kelelahan karena itu masih rawan dan mudah keguguran. Lebih dari empat bulan boleh (mudik), tapi jangan kelelahan,“ ujarnya.
Selain itu jenis kendaraan juga harus diperhatikan. Hasto mengingatkan karena rawan akan bentuk jalan yang tak menentu, lebih baik bagi ibu hamil untuk menggunakan kereta atau pesawat bila memungkinkan, dibanding mobil, bus atau motor selama berkendara.
Tak lupa ia juga mengingatkan bahwa setiap pihak, perlu memperhatikan kecukupan asupan nutrisi selama perjalanan, mengingat banyak ibu hamil turut mengikuti ibadah puasa.
Makanan yang mengandung karbohidrat seperti roti dan protein hewani seperti susu atau ikan, sudah seharusnya dipersiapkan sebagai bekal perjalanan. Hal penting lainnya adalah memperhatikan asupan gula bagi ibu dan anak.
“Kalau bayi yang kekurangan glukosa atau gula itu cirinya tidak bergerak. Jadi hati-hati kalau misalnya ada bayi yang diajak mudik tidak bergerak, itu jangan langsung senang karena anteng. Padahal (bisa jadi) bayinya stres,” katanya.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Perhatikan ibu hamil karena potensi keguguran lebih besar saat mudik