Jakarta (ANTARA) -
Rais 'Aam PBNU Miftachul Akhyar mengingatkan kepada segenap warga nahdliyin bahwa salah satu organisasi Islam terbesar itu menjaga jarak dengan partai politik.
"Bagaimana Nahdlatul Ulama menjaga jarak dengan partai politik, semua partai politik," ujar Kiai Miftah saat membuka Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar NU di Ponpes Al Hamid, Jakarta, Senin.
Kiai Miftah menyinggung terdapat kader yang memanfaatkan identitas NU untuk kepentingan politik. Bahkan ketika telah masuk dalam kepengurusan partai politik, kader tersebut seolah lupa akan jati diri yang sesungguhnya.
Ia menyinggung adagium yang berlaku di NU bahwa NU memang tidak ke mana-mana, tapi bukan berarti mereka bebas ke mana saja. Warga Nahdliyin mesti bercermin atas identitas dirinya.
"Silakan Anda ke mana-mana. Tapi untuk menguji nyali Anda bukan larut di sana, bukan malah melebihi partai daripada Anda yang masuk ke partai itu," kata dia.
Ia mengatakan bahwa PBNU akan cukup ketat menertibkan internal mereka. Pasalnya, ketertiban menjadi modal untuk menjalankan organisasi dan meraih tujuan bersama.
"Oleh karena itu mohon dimaklumi manakala PBNU sedikit agak kenceng menertibkan. Penertiban terjadi di mana-mana karena kita ingin kembali menertibkan," katanya.
Sementara itu, Ketua Umum PBNU Yahya Cholil Staquf mengatakan bahwa ia tidak melarang para sesepuh atau kiai untuk mendeklarasikan sikap politiknya.
Tetapi ia menegaskan bahwa sikap politik yang nantinya akan diambil tidak mengatasnamakan atau membawa-bawa nama besar NU.
"Kalau kiai mau bersikap itu hak kiai. Tapi bukan atas nama lembaga (PBNU)," katanya.