Tokyo (ANTARA) - Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Tokyo menilai prestasi sutradara Mouly Surya yang meraih Kurosawa Akira Award merupakan bukti kalau sineas Indonesia memiliki kapasitas dan kemampuan yang tidak kalah dengan sineas asing.
“Pencapaian yang diperoleh Mbak Mouly melalui salah satu filmnya itu membuktikan bahwa sineas Indonesia itu tentu punya kapasitas dan kemampuan yang tidak kalah dengan sineas asing lainnya,” kata Wakil Duta Besar RI untuk Jepang John Tjhajanto Boestami kepada ANTARA di Tokyo, Selasa.
Dia menambahkan pencapaian itu juga merupakan kehormatan bukan hanya bagi Mouly Surya melainkan juga bagi Indonesia.
“Luar biasa ya, saya pikir ini suatu kehormatan ya baik Mbak Mouly sendiri maupun bagi nama Indonesia. Kurosawa Akira Award ini itu saya baca merupakan penghargaan perfilman salah satu yang terbaik di dunia bahkan,” katanya.
Selain itu, Mouly Surya juga merupakan sutradara perempuan pertama yang menyabet penghargaan itu dan kini namanya bersanding dengan sutradara kenamaan dunia, seperti Steven Spielberg dan Yoji Yamada yang meraih penghargaan serupa.
Penghargaan yang dimulai pada 2004 itu sempat vakum selama 14 tahun dan kembali diberikan pada tahun ini dalam ajang Tokyo International Film Festival 2023.
Film yang turut mengantarkan pencapaian Mouly Surya, salah satunya Marlina Si Pembunuh dalam Empat Babak yang mengambil latar di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Menurut John, itu tidak hanya mempromosikan film Indonesia tetapi juga mempromosikan Indonesia kepada khalayak asing, terutama publik Jepang.
“Ini tentunya merupakan satu diplomasi, second track diplomasi, people to people diplomasi, yang sudah dilakukan luar biasa oleh para sineas muda Indonesia,” katanya.
Dengan demikian, John berharap pencapaian Mouly dapat menjadi pemantik bagi sineas-sineas muda Indonesia lainnya untuk menorehkan prestasi di kancah perfilman internasional.
“Semoga in dapat menjadi salah satu pemicu dan menambah semangat bagi para sineas Indonesia. Ada banyak sekali nama sineas Indonesia kalau kita ikuti dari tahun ke tahun, dari masa ke masa semakin baik karya-karyanya nya itu in juga mungkin bisa menjadi daya tarik memacu semangat Indonesia itu. Tentu bisa menghasilkan sesuatu yang luar biasa,” katanya.
Mouly mengawali debut lewat film Fiction yang meraih empat penghargaan, termasuk Best Picture pada Festival Film Indonesia pada 2008.
Film keduanya What They Don’t Talk About When They Talk About Love juga mengisi layar lebar TIFF 2013 dan terpilih dalam Sundance Film Festival.
Baru-baru ini, film itu kembali menghiasi layar lebar Busan International Film Festival setelah 10 tahun tayang perdana di festival yang sama.
Pada 2017, film populer Marlina the Murderer in Four Acts, yang ditayangkan perdana pada Cannes Film Festival Prancis, diliris di bioskop-bioskop 14 negara, termasuk Amerika Serikat, Kanada dan Jepang.
Film itu juga memenangi Grand Prize pada Tokyo Filmex.