Jayapura (ANTARA Sulsel) - Penelitian dari Balai Arkeologi Jayapura, Papua di Distrik Kelila, Kabupaten Mamberamo Tengah pada April lalu menemukan alat tulang berbahan tulang babi dan burung kasuari.
Peneliti dari Balai Arkeologi Jayapura Hari Suroto di Jayapura, Minggu, mengatakan alat tulang babi dan alat tulang kasuari yang ditemukan itu berfungsi sebagai pemotong dan pembelah buah merah.
Yang mana alat tulang babi berukuran panjang 17 cm, lebar 3,5 cm dan tebal 2 cm dengan warna putih kemerahan.
Sementara alat tulang kasuari berukuran panjang 32,5 cm, lebar 4,5 cm, tebal 4 cm dengan warna putih kecoklatan.
"Alat tulang adalah perkakas yang dibuat dari bahan tulang yang dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari penduduk Mamberamo Tengah Jenis tulang yang dijadikan sebagai alat yaitu bagian tulang kering dari babi dan kasuari," katanya.
Berdasarkan analisis, kata Hari, diketahui teknik pembuatannya yaitu dengan memecahkan tulang menggunakan alat tumpul.
Kemudian dilanjutkan dengan pengerjaan lebih lanjut yaitu teknik pangkas, dengan cara memangkas bagian ujung untuk kemudian dilakukan peruncingan.
Untuk membentuk artefak sesuai dengan yang diinginkan, lanjut alumnus Universitas Udayan Bali itu, diperlukan penghalusan melalui penggosokan pada bagian yang digunakan sebagai bagian yang tajamnya.
"Pembuatan alat tulang kasuari dengan cara dibelah jadi dua untuk kemudian dilakukan pengerjaan lebih lanjut berupa pemangkasan dan peruncingan," katanya.
Menurutnya, kondisi lingkungan yang subur dan keberadaan sungai sebagai sumber air, menjadikan Kelila sebagai lokasi yang dipilih manusia sebagai tempat beraktivitas pada masa prasejarah.
Selain itu, analisis polen terhadap sisa tanaman buah merah menunjukkan bahwa pembukaan lahan di wilayah itu digunakan untuk budidaya buah merah pernah berlangsung sekitar 7.000 hingga 5.200 tahun yang lalu.
"Buah merah merupakan makanan utama penduduk Mamberamo Tengah hingga saat ini. Buah merah merupakan sumber minyak serta bijinya berprotein tinggi. Manusia kala itu menggunakan alat tulang babi dan kasuari untuk memotongnya," katanya.
Pertanian Papua
Sementara mengenai pertanian di Pulau Papua, kata pria bertubuh ramping itu, situs pertanian awal dalam satu kawasan yaitu Situs Kuk Swamp ditemukan di Papua New Guinea yang pernah berlangsung sekitar 7.000 hingga 6.400 tahun yang lalu.
Hal ini menunjukkan teknologi yang sudah maju dalam pertanian di Papua dan Papua New Guinea pada masa prasejarah.
Kuk Swamp sudah menjadi warisan UNESCO.
Penelitian arkeologi awal di kawasan rawa Kuk di Tinggi Papua New Guinea, menemukan sejumlah parit yang diperkirakan dibuat oleh manusia untuk pengairan sekitar 7.000 hingga 6.400 tahun yang lalu.
"Hal ini merupakan bukti langsung adanya pertanian awal di dataran tinggi New Guinea berupa tradisi untuk membuat drainase di tanah paya-paya unÂtuk pertanian keladi," katanya. Yuniardi
Berita Terkait
BRIN meningkatkan riset arkeologi dan pelestarian artefak di Indonesia
Senin, 2 Desember 2024 10:23 Wib
Unhas dan YAD jalin kerja sama penelitian arkeologi dan pelestarian situs
Jumat, 1 Desember 2023 13:46 Wib
LPPM Unhas dan BRIN resmikan Pusat Riset Arkeologi Sulawesi
Kamis, 16 November 2023 18:55 Wib
Seorang sandera wanita yang ditawan kelompok bersenjata di Papua Nugini dibebaskan
Kamis, 23 Februari 2023 10:15 Wib
Temuan arkeologi di kawasan Geopark Meratus Kalsel segera ditindaklanjuti
Selasa, 20 Desember 2022 13:50 Wib
BRIN harapkan kerja sama dengan Pemprov Sulsel dorong riset arkeologi
Jumat, 14 Oktober 2022 5:17 Wib
Arkeolog temukan situs prasejarah Austronesia di pesisir Nabire
Kamis, 10 Januari 2019 10:06 Wib
Penelitian Arkeologi Eksploitasi Gua-gua Prasejarah Di Kawasan Kars Bontocani;
Selasa, 23 Oktober 2018 12:26 Wib