Makassar (ANTARA) - Kantor Wilayah Perum Bulog Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (Sulselbar) menargetkan penyerapan panen petani untuk masa panen tahun 2025 di wilayah kerjanya mencapai 350.000 ton setara beras.
"Target kita sekitar 250 ribu ton untuk PSO dan komersial 100 ribu ton. Tahun ini pusat sedang menghitung ulang, tapi perkiraan saya segitu, totalnya sekitar 350 ribu ton untuk Sulselbar, setara beras," kata Kepala Kanwil Perum Bulog Sulselbar Akhmad Kholisun di Makassar, Sulawesi Selatan, Senin.
Akhmad menjelaskan penyerapan hasil panen petani tahun ini dibagi dua. Pertama untuk pengadaan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) dalam bentuk penugasan pemerintah yakni public service obligation (PSO) dan kedua untuk kebutuhan komersil.
Saat ditanya berkaitan pembelian gabah kering ke petani sesuai Surat Keputusan Kepala Badan Pangan Nasional Nomor 2 Tahun 2025 tentang Perubahan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) dan Rafaksi Harga Gabah dan Beras berlaku per 15 Januari 2025, kata dia, pihaknya siap menyerap dengan aturan itu.
Oleh karena itu, Akhmad mengatakan momen panen raya di musim tanam satu (MT 1) di wilayah Sulselbar akan berlangsung pada akhir Januari-Maret 2025 di Kabupaten Polewali Mandar (Polman) Sulawesi Barat. Selanjutnya, untuk wilayah lain pada akhir Februari-April 2025 khusus untuk MT 1.
"Momen-momen ini kita manfaatkan semaksimal mungkin untuk melakukan penyerapan dalam bentuk beras maupun gabah. Supaya nanti yang punya gabah dan punya beras kita serap," katanya.
Mengenai berapa presentasi penyerapan antara gabah dan beras, kata dia, kemungkinan pembagiannya 50:50 persen (gabah-beras). Skemanya, gabah kering panen (GKP) akan dibeli langsung dari Kelompok Tani (Poktan) maupun Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan). Hasil pembelian GKP tersebut dikerjasamakan mitra untuk pengeringan.
Sedangkan untuk harga GKP, kata Akhmad, sesuai dengan SK Bapanas Nomor 2 Tahun 2025 dengan ketentuan kualitas kadar air maksimal 25 persen dan kadar hampa/kebutiran maksimal 10 persen dibeli seharga Rp6.500 per kilogram di tingkat petani.
"Nanti harganya disesuaikan, kalau kualitas di bawah standar, harganya di bawah itu. Harga Rp6.500 kalau kadar airnya maksimal 25 persen. Kalau kadar airnya di atas 25 persen, atau hampa kotornya di atas 10 persen maka dirafaksi. Ini akan diserap sesuai lampiran dua keputusan Bapanas tersebut," katanya.
Terkait bila ada gabah petani dijual Rp6.000 per kilogram, kata dia, itu belum tentu di bawah (HPP). Sebab, setelah diperiksa kualitasnya, ternyata tidak begitu bagus, kadar airnya tinggi 28-30 persen, apalagi di panen di musim penghujan dan banyak hampa kotornya, sehingga harganya nanti disesuaikan.
Selain itu, ada batasan harga beli gabah di petani bila tidak sesuai ketentuan yakni penyisihan. Karena akan disesuaikan dengan kondisi kualitasnya gabahnya dari hasil panen Poktan maupun Gapoktan yang akan dibeli Bulog.

Selanjutnya, gabah dibeli akan dibawa ke mitra Bulog yang memiliki mesin pengering untuk di cek kualitas hampa kotornya seperti apa, kemudian di bayar sewanya. Hasilnya, kembali diberikan ke mitra Bulog yang memiliki mesin penggiling untuk diolah menjadi beras lalu diambil Bulog.
"Gabah kering ada ketentuannya, kadar air 25 persen harus dikeringkan 14 persen, syarat GKG (Gabah Kering Giling) itu kadar air minimal 14 persen, kadar hampa kotor maksimal 3 persen. Jadi harus di drayer (dikeringkan) dan blowing, itu ada biaya (ke mitra) pengeringan," tuturnya.
Saat ditanyakan berapa biaya sewa gabah per kilogram di tingkat mitra pengeringan dan penggilingan, dia beralasan, belum dapat dihitung karena sifatnya proses penyerapan belum berlangsung.
Berdasarkan kutipan aturan pembelian gabah sesuai SK Bapanas Nomor 2 Tahun 2025, untuk GKP tingkat petani Rp6.500 per kilogram, GKP di penggilingan Rp6.700 per kilogram, GKG kadar kering 14 persen dan kadar kehampaan maksimal 3 persen di penggilingan Rp8.000 per kilogram, GKG di penggilingan gudang Bulog Rp8.200 per kilogram.
Terkait dengan penyerapan dan pengadaan beras pada tahun 2024, sebut Akhmad, ada dua kebijakan yakni untuk PSO dan Komersil.
Jumlah pengadaan PSO yang merupakan penugasan pemerintah target awalnya sebanyak 117.000 ton. Tetapi hingga akhir tahun 2024 realisasinya naik mencapai 215.854 ton.
Sedangkan untuk beras komersil (dijual) target dari kantor Perum Bulog Pusat sebanyak 40.636 ton, sementara realisasinya naik menjadi 107.610 ton. Sehingga, total realisasi bila dijumlahkan keduanya sebanyak 323.455 ton atau 205,1 persen.
"Untuk pengadaan beras tahun 2024 untuk Sulsel dan Sulbar di 11 kantor Cabang Sulselbar mencapai 323.455 ton. Stok beras saat ini bisa bertahan sampai tahun 2025. Target saya 2024 dan realisasi itu dua kali lipat. Stok kami saat ini total itu sekitar 257 ribuan ton," katanya.