Kupang (ANTARA Sulsel) - Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Nusa Tenggara Timur (NTT), Ans Takalapeta mengharapkan agar pemurnian genetika komodo (varanus commodoensis), sebaiknya dilakukan di habibat binatang purba itu di Pulau Komodo.
"Rekomendasi dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) agar proses pemurnian genetika biawak raksasa komodo itu harus dilakukan di Taman Safari Denpasar, Bali, adalah sesuatu yang tidak masuk akal," katanya ketika dikonfirmasi melalui telepon genggamnya, Jumat.
Persoalan mutasi 10 ekor komodo dari habitatnya di kawasan konservasi alam Wae Wuul di Kecamatan Komodo, Manggarai Barat di ujung barat Pulau Flores itu, menjadi perdebatan sengit menyusul adanya surat keputusan (SK) Menteri Kehutanan No.384/Menhut-II-2009.
Dalam SK Menteri Kehutanan MS Ka'ban tertanggal 13 Mei 2009 yang ditunjukkan kepada Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) NTT itu menginstruksikan agar BBKSDA NTT segera memutasikan 10 ekor komodo dari Taman Nasional Komodo (TNK) ke Taman Safari Denpasar, Bali untuk proses pemurnian genetika guna mengembangbiakan satwa langka tersebut dari kepunahan.
SK Menteri Kehutanan itu merujuk pada hasil kajian Pusat Penelitian Biologi LIPI yang dipimpin Dr Siti Nuramiliati Prijono yang menilai bahwa proses pemurnian genetika binatang langka yang masuk dalam tujuh keajaiban dunia itu hanya dapat dilakukan di Taman Safari Indonesia.
Berhubungan Taman Safari Indonesia punya cabang di Denpasar, Bali maka proses pemurnian genetika atas binatang purba itu harus dilakukan di Denpasar.
Ans Takalapeta yang juga mantan Bupati Alor dua periode itu menilai, proses mutasi 10 ekor biawak raksasa Komodo ke Denpasar dengan alasan permunian genetika itu, hanya sebuah taktik politik untuk "menghancurkan" pariwisata di NTT.
"Jika komodo itu sudah ada di Pulau Bali, untuk apa wisatawan manca negara harus pergi lagi ke Pulau Komodo untuk melihat dari dekat binatang purba itu? Ini sesuatu yang sangat tidak rasional jika proses pemurnian genetika tidak bisa dilakukan di habibatnya komodo," kata Takalapeta.
Ia menegaskan, Komodo sudah menjadi "iconnya" NTT sehingga tidak ada alasan untuk melakukan permunian genetika di luar habibat binatang purba itu.
Rekomendasi dari Menteri Kehutanan untuk menangkap dan mengevakuasi 10 ekor Komodo dari habitatnya di Wae Wuul Pulau Komodo itu, memang belum dilaksanakan, namun hal itu menimbulkan kekhawatiran dari pemerintah daerah.
Wakil Gubernur NTT, Esthon L Foenay juga menolak dengan tegas rencana Menteri Kehutahan untuk memutasikan 10 ekor Komodo ke Taman Safari Indonesia di Denpasar, Bali dengan alasan pemurnian genetika berdasarkan hasil penelitian dari LIPI.
Komodo adalah salah satu satwa purba di dunia yang masih hidup di habitatnya di Pulau Komodo serta Pulau Rinca dalam kompleks Taman Nasional Komodo di ujung barat Pulau Flores, Kabupaten Manggarai Barat.
Berdasarkan hasil riset KSDA Taman Nasional Komodo, biawak raksasa Komodo itu kini tinggal 17 ekor yang dilukiskan sudah mengarah pada titik kepunahan.
Atas dasar itu, Menteri Kehutanan MS Ka'ban merekomendasikan kepada BBKSDA NTT untuk memindahkan 10 ekor binatang purba itu dari kawasan konservasi sumber daya alam (KSDA) Wae Wuul, Pulau Komodo ke Taman Safari Indonesia di Denpasar, Bali untuk proses pemurnian genetika atau pengembangbiakan satwa langka tersebut.
Meskipun demikian, Kadis Pariwisata dan Kebudayaan NTT, Ans Takalapeta menolak dengan tegas keinginan tersebut, karena Taman Safari Indonesia di Denpasar, Bali bukan merupakan lokasi yang tepat untuk proses pemurnian genetika Komodo seperti yang direkomendasikan LIPI.
"Proses pemurnian genetika harus dilakukan dihabitatnya, bukan di kebun binatang," kata Takalapeta dan melukiskan situasi tersebut sebagai salah satu taktik politik untuk menghancurkan bisnis pariwisata di NTT, khususnya di Manggarai Barat serta menodai NTT yang telah menjadikan Komodo sebagai "icon" provinsi kepulauan ini.
(T.L003/E001)
Berita Terkait
Malaysia diperkirakan menghadapi tujuh episode hujan lebat
Sabtu, 2 November 2024 12:54 Wib
85 orang tewas dan 5,7 juta warga mengungsi akibat Topan Trami di Filipina
Minggu, 27 Oktober 2024 20:22 Wib
PM Malaysia Anwar Ibrahim menghadiri pelantikan Prabowo-Gibran
Sabtu, 19 Oktober 2024 17:44 Wib
Konsulat RI Tawau mempromosikan kuliner khas Sulsel di Resepsi Diplomatik
Senin, 30 September 2024 9:29 Wib
KPU Sulsel menerima laporan dana kampanye awal dua paslon
Rabu, 25 September 2024 0:31 Wib
Korban tewas akibat Topan Yagi di Vietnam telah mencapai 262 orang
Minggu, 15 September 2024 10:54 Wib
Paetongtarn terima persetujuan Raja Maha Vajiralongkorn jadi PM baru Thailand
Minggu, 18 Agustus 2024 15:01 Wib
14 orang tewas akibat Topan Gaemi di Filipina
Jumat, 26 Juli 2024 6:52 Wib