Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan (Sulsel) menggandeng swasta dalam pengelolaan sampah modern berbasis kemandirian ekonomi sirkular.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Makassar Helmy Budiman di Makassar, Jumat, menyebut kerja sama dengan Bukit Baruga menjadi percontohan untuk perumahan yang mengelola sampah secara mandiri.
"Harapannya ke depan, seluruh kawasan perumahan baru juga mengikuti langkah ini," ujarnya.
Helmy mengatakan kerja sama itu menjadi langkah strategis Pemkot Makassar untuk memperluas implementasi tempat pengolahan sampah reduce reuse recycle (TPS3R) Bukit Baruga.
Ia menyatakan TPS3R dengan sistem pengelolaan sampah yang mengutamakan proses pemilahan, daur ulang dan pemanfaatan kembal sekaligus mendorong keterlibatan sektor swasta dan masyarakat dalam menciptakan lingkungan kota yang bersih, sehat, dan berkelanjutan.
"TPS3R ini salah satu upaya strategis untuk mengurangi timbulan sampah. Bukit Baruga menjadi kawasan perumahan pertama yang menerapkan secara mandiri," katanya.
Helmy mengaku melalui kolaborasi tersebut, Pemkot berharap Bukit Baruga dapat menjadi percontohan kawasan hunian mandiri yang sukses mengelola sampah secara modern, sehingga dapat direplikasi di kecamatan dan kelurahan lain.
Langkah ini diharapkan mendukung program prioritas Wali Kota Makassar dalam menekan timbulan sampah rumah tangga, mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA), serta menguatkan ekonomi sirkular di tingkat kota.
Menurutnya, model pengelolaan mandiri seperti ini penting agar TPA tidak lagi berfungsi sebagai tempat pembuangan terakhir, melainkan tempat pengelolaan akhir, sehingga hanya residu yang benar-benar masuk ke TPA.
"Kami berharap kawasan lain, seperti Tanjung Bunga atau Citra CPI juga dapat menerapkan sistem serupa," tuturnya.
Helmy memaparkan sebelum MoU diteken, pihaknya telah melakukan riset dan pendataan. Dari hasil kajian, TPS3R Bukit Baruga melayani 840 kepala keluarga dengan potensi pengolahan sampah sekitar 2,5 ton per hari, atau sekitar 75 ton per bulan.
"Jika dikelola secara mandiri, kami memperkirakan hanya sekitar 13 persen sampah residu yang tersisa. Artinya, 87 persen sampah sudah terkelola melalui proses pemilahan, daur ulang, dan pemanfaatan kembali," ucap dia.

