Rela bersusah payah demi nyoblos hingga kesigapan panitia pemilu luar negeri
Jakarta (ANTARA) - Proses pemungutan suara Pemilu serentak 2019 di luar negeri telah selesai dilaksanakan pada tanggal 8-14 April 2019 dengan menggunakan tiga metode.
Pertama, memilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersedia di luar negeri. Kedua, memilih dengan Kotak Suara Keliling (KSK) yang bertempat di dekat pemukiman atau tempat kerja WNI, dan ketiga adalah metode pengiriman surat suara lewat pos.
Namun penghitungan suara hasil Pemilu di luar negeri baru akan dilakukan pada 17 April waktu setempat, seperti halnya di Tanah Air.
Dalam pencoblosan Pemilu 2019 di sejumlah Tempat Pemungutan Suara di berbagai negara, terlihat kemeriahan dan antusiasme WNI untuk menyalurkan hak suaranya serta kesigapan Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) dalam memfasilitasi pemilih.
Demi menggunakan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) di Kedutaan Besar RI Madrid, sebelas murid akademi sepakbola asal Indonesia yang sedang belajar ilmu persepakbolaan di Spanyol rela menempuh perjalanan tidak kurang dari tiga jam dengan kereta api.
Kesebelas pesepakbola muda Indonesia tersebut berasal dari tiga akademi sepakbola, yakni di Palencia, Leganes, dan Arandio. Meski lebih dari 20 pesepakbola Indonesia sedang berlatih di Spanyol, namun sebagian lainnya belum memiliki hak pilih.
Pemungutan suara untuk Pemilu 2019 di tempat pemungutan suara luar negeri (TPSLN) KBRI Madrid dilaksanakan pada Minggu, 14 April 2019.
Dari total 333 Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPSLN Madrid, hadir sebanyak 248 orang pemilih, yang berarti tingkat partisipasi TPSLN Madrid mencapai 74 persen.
Penyelenggaraan Pemilu 2019 di Spanyol juga dilaporkan berjalan lancar dan antusiasme masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak suara terlihat cukup tinggi. Hal itu terlihat dari kekompakan warga dengan datang bersama-sama.
Berdasarkan waktu kunjungan, lebih banyak warga yang hadir di TPSLN pada sore hari yang mungkin disebabkan kesibukan masing-masing di pagi hari.
Hari pencoblosan di Madrid pun dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi dan berbagi cerita secara santai dan akrab sambil menikmati cemilan tradisional Indonesia berupa pastel dan kue lapis yang disediakan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Madrid.
Beberapa WNI ada pula yang memilih untuk pergi ke restoran Indonesia, Sabor Nusantara, untuk menikmati masakan khas tanah air.
Penghitungan suara hasil Pemilu 2019 di Spanyol, baik yang melalui TPSLN maupun pos, akan dilakukan pada 17 April 2019 pukul 13.00 siang waktu setempat (beda waktu 5 jam lebih lambat dari WIB).
Sementara itu, Salah satu diaspora Indonesia di Kuwait, Utary Suhardiman (25), menyempatkan diri untuk cuti kerja setengah hari demi mengikuti pemilihan umum di Kedutaan Besar RI di Kuwait City pada Jumat (12/4).
Utary, pramugari maskapai Kuwait Jazeera Airways mengatakan ia telah meminta izin cuti setengah hari ke atasannya agar diizinkan pulang ke Kuwait saat pemilihan umum.
Satu hari sebelum pemilihan umum berlangsung, Utary mengatakan ia masih bertugas di Baku, Azerbaijan.
"Pagi saya terbang dari Baku ke Kuwait, untungnya masih dapat ikut pemilu," kata Utary.
Utary mengaku sengaja meluangkan waktu untuk ikut pemilu karena memilih presiden dan anggota dewan merupakan hak sekaligus tanggung jawabnya sebagai warga negara Indonesia.
"ni pertama kalinya saya memilih di luar negeri, jadi ikut pemilu ini bukti sikap cinta kepada tanah air," kata dia.
Menurut Utary, pemilu di Kuwait berjalan cukup baik karena Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Kuwait City cukup aktif menghubungi warga negara Indonesia di Kuwait serta rutin mengadakan acara sosialisasi. Ia menambahkan sosialisasi pemilu di Kuwait telah dimulai sejak tahun lalu.
Selain panitia yang aktif, proses pemilihan juga berjalan cukup mudah karena pemilih dapat membawa salah satu dokumen yang disyaratkan, di antaranya fotokopi paspor, dan kartu identitas sebagai WNI yang tinggal di Kuwait.
"Sebelumnya, saya juga sudah daftar untuk memilih via internet, gunanya biar tidak harus mengantri panjang," terang Utary.
Di samping itu, Pianis dan penulis Indonesia yang tinggal di Belanda, Karina Andjani (28), menempuh jarak ratusan kilometer dari rumahnya ke satu-satunya tempat pemungutan suara (TPS) di Den Haag untuk mengikuti pemilihan umum presiden dan anggota legislatif pada 13 April.
Karina, menempuh jarak sejauh 107,5 kilometer dari rumahnya di Kota s-Hertogenbosch ke TPS di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) menggunakan kereta selama dua jam.
"Di Belanda jarak ratusan kilometer dapat dijangkau dalam hitungan jam menggunakan kereta. Mungkin di sini berbeda dengan kondisi di Indonesia atau di Amerika Serikat, karena di dua negara itu banyak orang masih berpindah memakai mobil,” kata Karina, penulis buku filsafat "Apa Itu Musik?"
Sepengetahuan Karina, banyak WNI di Belanda yang memilih langsung ke Den Haag karena tidak mendapat kiriman surat suara melalui pos.
Karina pun mencari tahu sendiri cara memilih di luar negeri dari informasi yang tersedia di internet. Menurut dia, panitia pemilihan luar negeri (PPLN) di Den Haag kurang aktif meneruskan informasi mengenai pemilu kepada WNI di Belanda.
Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Den Haag Moeljo Wijono mengatakan partisipasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Belanda yang memberikan suaranya dalam Pemilu 2019, mencapai lebih dari 50 persen, atau meningkat drastis dibandingkan pemilu sebelumnya.
Moeljo Wijono mengatakan bahwa warga Indonesia yang datang ke Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) saat Pilpres 2014 sebanyak 2.328 orang, sementara Pemilu tahun ini sebanyak 4.530 orang tercatat memberikan suara secara langsung di TPSLN yang bertempat Sekolah Indonesia Den Haag, Wassenar, Sabtu (13/4).
"Itu berarti partisipasi pemilih meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Pilpres 2014," ujar Moeljo..
Pemilu 2019 juga menandai pertama kalinya partisipasi WNI di Belanda berhasil mencapai target Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mencapai 50 persen partisipasi pemilih di luar negeri.
PPLN menghitung dari 11.744 WNI yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Belanda, lebih dari 6.000 orang memberikan suaranya baik melalui TPSLN sebanyak 4.530 orang dan melalui Pos yang sampai 13 April 2019 sudah berjumlah lebih dari 1.400 orang.
Jumlah tersebut diperkirakan masih terus bertambah sampai dengan penghitungan suara pada 17 April 2019.
"Padahal pada pemilu sebelum-sebelumnya, partisipasi pemilih di Belanda paling banyak 35 persen. Jadi pemilu tahun 2019 adalah rekor pemilih terbanyak sepanjang Pemilu Indonesia diadakan di Belanda. Panitia sangat mengapresiasi warga yang sangat bersemangat menyalurkan hak pilihnya," tutur Moeljo.
Lebih lanjut, anggota PPLN Den Haag Yance Arizona menyampaikan bahwa ini kali pertama PPLN mengadakan pemungutan suara di Sekolah Indonesia Den Haag, dan bukan di KBRI.
PPLN telah gencar melakukan sosialisasi kepada WNI di Belanda dengan mengikuti kegiatan warga dan mahasiswa Indonesia di Belanda lebih dari satu tahun terakhir.
Untuk kelancaran transportasi pemilih, PPLN juga menyediakan tiga unit bus untuk sebelas kali penjemputan WNI dari Den Haag Centraal Station menuju ke TPS yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Peningkatan jumlah pemilih kali ini sudah diprediksi oleh panitia, oleh karena itu disediakan lima TPS untuk mengakomodasi antusiasme pemilih, berbeda dengan pemilu 2014 yang hanya disediakan satu TPS di KBRI.
Tingginya antusiasme pemilih pun sempat membuat panitia melakukan penyesuaian untuk mengakomodasi pemilih menyalurkan hak pilihnya sampai dengan penutupan TPS pada pukul 21.30 waktu setempat (beda 5 jam lebih lambat dari WIB).
Di Arab Saudi, ribuan warga Indonesia berbondong-bondong mendatangi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Riyadh, Ibukota Arab Saudi, Jumat (12/4), waktu setempat.
"Suasana ramai, ribuan WNI memadati KBRI Riyadh. Para WNI terlihat antusias sekali, bersemangat sekali. Walau matahari mulai terasa menghangat," ujar salah satu diaspora Indonesia, Tatang Muhtar (41), yang saat ini tengah bekerja di Riyadh.
Pria yang telah menetap di Riyadh selama 21 tahun itu mengatakan antusiasme pemilih kali ini sangat besar.
"Saya sendiri memilih di KBRI Riyadh. Saya datang agak siang, tiba di KBRI Riyadh pukul 09.00 pagi, suasana sudah ramai, antrian berlapis, memanjang hingga 30 meteran," ujar Tatang Muhtar.
Ia mengatakan para pemilih diarahkan untuk masuk melalui pintu layanan keimigrasian, bukan pintu utama.
"Lebar pintu ini sekitar 1 meter. Sehingga terjadi penumpukan dan desak-desakan," kata Tatang Muhtar.
Ternyata, lanjut dia, desak-desakan tidak hanya terjadi di pintu masuk, tapi di sekitar meja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) yang bertugas mendata ulang pemilih (semacam verifikasi data).
Tatang mengatakan pemilihan di Arab Saudi diselenggarakan di dua wilayah, yaitu di KBRI Riyadh dan Konsulat Kenderal RI (KJRI) Jeddah.
"Sebanyak delapan tempat pemungutan suara (TPS) disiapkan di dalam gedung KBRI Riyadh. Untuk TPS yang di Jeddah saya tidak tahu," kata dia.
Kedelapan TPS tersebut dibuka mulai pukul 08:00 sampai 18:00 waktu setempat (beda empat jam lebih lambat dari Indonesia).
Namun karena antusiasme pemilih yang sangat besar maka peserta pemilu sepakat untuk menambah waktu hingga pukul 24.00 waktu setempat.
Selain pencoblosan langsung ke Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) yang di laksanakan di KBRI Riyadh, daftar pemilih tetap (DPT) di Arab saudi juga dapat memilih melalui pos dan kotak suara keliling (KSK).
Pemilihan melalui KSK telah diselenggarakan di 7 titik pada 8-9 April 2019, yakni di Kota Dammam, Al-Khobar, Jubail al-Ahsa, Buraidah, Hail, dan Skaka.
Arab Saudi menjadi daerah pemilihan luar negeri dengan jumlah DPT terbanyak kedua, yakni sekitar 800 ribu orang dari total DPT luar negeri yang mencapai sekitar 2 juta orang. Pemilih terbanyak berada di Malaysia dengan jumlah DPT mencapai 1,2 juta orang.
Disamping itu, Komisioner KPU RI Hasyim Asy'ari mengatakan antusiasme pemungutan suara pemilu di Malaysia, Minggu 14 April 2019 sangat luar biasa, sehingga pemilih berbondong-bondong datang ke TPS yang disediakan di kantor perwakilan Indonesia.
"Antusiasme warga luar biasa. Sehingga ketika pemilih datang berbondong-bondong ke kantor perwakilan, dan kalau yang melihat tidak tahu itu (dikira) melakukan demonstrasi, padahal ini antusiasme yang besar," kata Hasyim.
Hasyim mengatakan di Malaysia KPU menyiapkan 255 TPS. Sebagian besar TPS berada di luar kantor perwakilan Indonesia.
Karena di luar kantor perwakilan Indonesia, maka syaratnya adalah harus mendapatkan persetujuan atau izin dari pemerintah lokal, dalam hal ini pemerintah Malaysia.
Namun sampai dengan Sabtu (13/4) malam belum ada respon dari pemerintah lokal, sehingga dengan begitu, KPU mengambil kebijakan menetapkan semua TPS agar digelar di kantor-kantor perwakilan Indonesia.
"Di Kuala Lumpur ada tiga tempat, yang pertama adalah di Kantor Kedubes, kemudian yang kedua adalah Wisma Duta atau rumah tinggal dinas dubes dan yang ketiga adalah sekolah Indonesia," ujar dia.
Karena hanya disentralkan di tiga tempat, maka dari 255 TPS itu, kata Hasyim, kemudian akhirnya hanya dioperasikan 168 TPS, dan ditambah dua TPS pada sore hari karena pemilih yang berdatangan luar biasa.
Dia mengatakan pemilih Indonesia yang ada di Kuala Lumpur lebih dari 500 ribu pemilih. Sehingga untuk yang TPS menggunakan polling station tercatat 126.000 pemilih.
"Jadi bisa dibayangkan 126.000 pemilih voting operationnya di 170 TPS, hanya terkonsentrasi di tiga tempat," jelasnya.
Dalam pelaksanaannya semestinya pemungutan suara dihentikan pukul 18.00 waktu setempat, namun karena masih terdapat ratusan orang mengantre, maka lokasi pemungutan dipindah dari Wisma Duta ke Kantor Kedutaan, dan pemungutan suara tetap dilanjutkan sampai semua WNI dapat menggunakan hak pilihnya.
Pertama, memilih di Tempat Pemungutan Suara (TPS) yang tersedia di luar negeri. Kedua, memilih dengan Kotak Suara Keliling (KSK) yang bertempat di dekat pemukiman atau tempat kerja WNI, dan ketiga adalah metode pengiriman surat suara lewat pos.
Namun penghitungan suara hasil Pemilu di luar negeri baru akan dilakukan pada 17 April waktu setempat, seperti halnya di Tanah Air.
Dalam pencoblosan Pemilu 2019 di sejumlah Tempat Pemungutan Suara di berbagai negara, terlihat kemeriahan dan antusiasme WNI untuk menyalurkan hak suaranya serta kesigapan Panitia Pemilu Luar Negeri (PPLN) dalam memfasilitasi pemilih.
Demi menggunakan hak suaranya di Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) di Kedutaan Besar RI Madrid, sebelas murid akademi sepakbola asal Indonesia yang sedang belajar ilmu persepakbolaan di Spanyol rela menempuh perjalanan tidak kurang dari tiga jam dengan kereta api.
Kesebelas pesepakbola muda Indonesia tersebut berasal dari tiga akademi sepakbola, yakni di Palencia, Leganes, dan Arandio. Meski lebih dari 20 pesepakbola Indonesia sedang berlatih di Spanyol, namun sebagian lainnya belum memiliki hak pilih.
Pemungutan suara untuk Pemilu 2019 di tempat pemungutan suara luar negeri (TPSLN) KBRI Madrid dilaksanakan pada Minggu, 14 April 2019.
Dari total 333 Daftar Pemilih Tetap (DPT) di TPSLN Madrid, hadir sebanyak 248 orang pemilih, yang berarti tingkat partisipasi TPSLN Madrid mencapai 74 persen.
Penyelenggaraan Pemilu 2019 di Spanyol juga dilaporkan berjalan lancar dan antusiasme masyarakat Indonesia untuk menggunakan hak suara terlihat cukup tinggi. Hal itu terlihat dari kekompakan warga dengan datang bersama-sama.
Berdasarkan waktu kunjungan, lebih banyak warga yang hadir di TPSLN pada sore hari yang mungkin disebabkan kesibukan masing-masing di pagi hari.
Hari pencoblosan di Madrid pun dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi dan berbagi cerita secara santai dan akrab sambil menikmati cemilan tradisional Indonesia berupa pastel dan kue lapis yang disediakan Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Madrid.
Beberapa WNI ada pula yang memilih untuk pergi ke restoran Indonesia, Sabor Nusantara, untuk menikmati masakan khas tanah air.
Penghitungan suara hasil Pemilu 2019 di Spanyol, baik yang melalui TPSLN maupun pos, akan dilakukan pada 17 April 2019 pukul 13.00 siang waktu setempat (beda waktu 5 jam lebih lambat dari WIB).
Sementara itu, Salah satu diaspora Indonesia di Kuwait, Utary Suhardiman (25), menyempatkan diri untuk cuti kerja setengah hari demi mengikuti pemilihan umum di Kedutaan Besar RI di Kuwait City pada Jumat (12/4).
Utary, pramugari maskapai Kuwait Jazeera Airways mengatakan ia telah meminta izin cuti setengah hari ke atasannya agar diizinkan pulang ke Kuwait saat pemilihan umum.
Satu hari sebelum pemilihan umum berlangsung, Utary mengatakan ia masih bertugas di Baku, Azerbaijan.
"Pagi saya terbang dari Baku ke Kuwait, untungnya masih dapat ikut pemilu," kata Utary.
Utary mengaku sengaja meluangkan waktu untuk ikut pemilu karena memilih presiden dan anggota dewan merupakan hak sekaligus tanggung jawabnya sebagai warga negara Indonesia.
"ni pertama kalinya saya memilih di luar negeri, jadi ikut pemilu ini bukti sikap cinta kepada tanah air," kata dia.
Menurut Utary, pemilu di Kuwait berjalan cukup baik karena Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) di Kuwait City cukup aktif menghubungi warga negara Indonesia di Kuwait serta rutin mengadakan acara sosialisasi. Ia menambahkan sosialisasi pemilu di Kuwait telah dimulai sejak tahun lalu.
Selain panitia yang aktif, proses pemilihan juga berjalan cukup mudah karena pemilih dapat membawa salah satu dokumen yang disyaratkan, di antaranya fotokopi paspor, dan kartu identitas sebagai WNI yang tinggal di Kuwait.
"Sebelumnya, saya juga sudah daftar untuk memilih via internet, gunanya biar tidak harus mengantri panjang," terang Utary.
Di samping itu, Pianis dan penulis Indonesia yang tinggal di Belanda, Karina Andjani (28), menempuh jarak ratusan kilometer dari rumahnya ke satu-satunya tempat pemungutan suara (TPS) di Den Haag untuk mengikuti pemilihan umum presiden dan anggota legislatif pada 13 April.
Karina, menempuh jarak sejauh 107,5 kilometer dari rumahnya di Kota s-Hertogenbosch ke TPS di Sekolah Indonesia Den Haag (SIDH) menggunakan kereta selama dua jam.
"Di Belanda jarak ratusan kilometer dapat dijangkau dalam hitungan jam menggunakan kereta. Mungkin di sini berbeda dengan kondisi di Indonesia atau di Amerika Serikat, karena di dua negara itu banyak orang masih berpindah memakai mobil,” kata Karina, penulis buku filsafat "Apa Itu Musik?"
Sepengetahuan Karina, banyak WNI di Belanda yang memilih langsung ke Den Haag karena tidak mendapat kiriman surat suara melalui pos.
Karina pun mencari tahu sendiri cara memilih di luar negeri dari informasi yang tersedia di internet. Menurut dia, panitia pemilihan luar negeri (PPLN) di Den Haag kurang aktif meneruskan informasi mengenai pemilu kepada WNI di Belanda.
Ketua Panitia Pemilihan Luar Negeri (PPLN) Den Haag Moeljo Wijono mengatakan partisipasi Warga Negara Indonesia (WNI) di Belanda yang memberikan suaranya dalam Pemilu 2019, mencapai lebih dari 50 persen, atau meningkat drastis dibandingkan pemilu sebelumnya.
Moeljo Wijono mengatakan bahwa warga Indonesia yang datang ke Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) saat Pilpres 2014 sebanyak 2.328 orang, sementara Pemilu tahun ini sebanyak 4.530 orang tercatat memberikan suara secara langsung di TPSLN yang bertempat Sekolah Indonesia Den Haag, Wassenar, Sabtu (13/4).
"Itu berarti partisipasi pemilih meningkat hampir dua kali lipat dibandingkan dengan Pilpres 2014," ujar Moeljo..
Pemilu 2019 juga menandai pertama kalinya partisipasi WNI di Belanda berhasil mencapai target Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mencapai 50 persen partisipasi pemilih di luar negeri.
PPLN menghitung dari 11.744 WNI yang terdaftar dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) Belanda, lebih dari 6.000 orang memberikan suaranya baik melalui TPSLN sebanyak 4.530 orang dan melalui Pos yang sampai 13 April 2019 sudah berjumlah lebih dari 1.400 orang.
Jumlah tersebut diperkirakan masih terus bertambah sampai dengan penghitungan suara pada 17 April 2019.
"Padahal pada pemilu sebelum-sebelumnya, partisipasi pemilih di Belanda paling banyak 35 persen. Jadi pemilu tahun 2019 adalah rekor pemilih terbanyak sepanjang Pemilu Indonesia diadakan di Belanda. Panitia sangat mengapresiasi warga yang sangat bersemangat menyalurkan hak pilihnya," tutur Moeljo.
Lebih lanjut, anggota PPLN Den Haag Yance Arizona menyampaikan bahwa ini kali pertama PPLN mengadakan pemungutan suara di Sekolah Indonesia Den Haag, dan bukan di KBRI.
PPLN telah gencar melakukan sosialisasi kepada WNI di Belanda dengan mengikuti kegiatan warga dan mahasiswa Indonesia di Belanda lebih dari satu tahun terakhir.
Untuk kelancaran transportasi pemilih, PPLN juga menyediakan tiga unit bus untuk sebelas kali penjemputan WNI dari Den Haag Centraal Station menuju ke TPS yang membutuhkan waktu sekitar 30 menit.
Peningkatan jumlah pemilih kali ini sudah diprediksi oleh panitia, oleh karena itu disediakan lima TPS untuk mengakomodasi antusiasme pemilih, berbeda dengan pemilu 2014 yang hanya disediakan satu TPS di KBRI.
Tingginya antusiasme pemilih pun sempat membuat panitia melakukan penyesuaian untuk mengakomodasi pemilih menyalurkan hak pilihnya sampai dengan penutupan TPS pada pukul 21.30 waktu setempat (beda 5 jam lebih lambat dari WIB).
Di Arab Saudi, ribuan warga Indonesia berbondong-bondong mendatangi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Riyadh, Ibukota Arab Saudi, Jumat (12/4), waktu setempat.
"Suasana ramai, ribuan WNI memadati KBRI Riyadh. Para WNI terlihat antusias sekali, bersemangat sekali. Walau matahari mulai terasa menghangat," ujar salah satu diaspora Indonesia, Tatang Muhtar (41), yang saat ini tengah bekerja di Riyadh.
Pria yang telah menetap di Riyadh selama 21 tahun itu mengatakan antusiasme pemilih kali ini sangat besar.
"Saya sendiri memilih di KBRI Riyadh. Saya datang agak siang, tiba di KBRI Riyadh pukul 09.00 pagi, suasana sudah ramai, antrian berlapis, memanjang hingga 30 meteran," ujar Tatang Muhtar.
Ia mengatakan para pemilih diarahkan untuk masuk melalui pintu layanan keimigrasian, bukan pintu utama.
"Lebar pintu ini sekitar 1 meter. Sehingga terjadi penumpukan dan desak-desakan," kata Tatang Muhtar.
Ternyata, lanjut dia, desak-desakan tidak hanya terjadi di pintu masuk, tapi di sekitar meja Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara Luar Negeri (KPPSLN) yang bertugas mendata ulang pemilih (semacam verifikasi data).
Tatang mengatakan pemilihan di Arab Saudi diselenggarakan di dua wilayah, yaitu di KBRI Riyadh dan Konsulat Kenderal RI (KJRI) Jeddah.
"Sebanyak delapan tempat pemungutan suara (TPS) disiapkan di dalam gedung KBRI Riyadh. Untuk TPS yang di Jeddah saya tidak tahu," kata dia.
Kedelapan TPS tersebut dibuka mulai pukul 08:00 sampai 18:00 waktu setempat (beda empat jam lebih lambat dari Indonesia).
Namun karena antusiasme pemilih yang sangat besar maka peserta pemilu sepakat untuk menambah waktu hingga pukul 24.00 waktu setempat.
Selain pencoblosan langsung ke Tempat Pemungutan Suara Luar Negeri (TPSLN) yang di laksanakan di KBRI Riyadh, daftar pemilih tetap (DPT) di Arab saudi juga dapat memilih melalui pos dan kotak suara keliling (KSK).
Pemilihan melalui KSK telah diselenggarakan di 7 titik pada 8-9 April 2019, yakni di Kota Dammam, Al-Khobar, Jubail al-Ahsa, Buraidah, Hail, dan Skaka.
Arab Saudi menjadi daerah pemilihan luar negeri dengan jumlah DPT terbanyak kedua, yakni sekitar 800 ribu orang dari total DPT luar negeri yang mencapai sekitar 2 juta orang. Pemilih terbanyak berada di Malaysia dengan jumlah DPT mencapai 1,2 juta orang.
Disamping itu, Komisioner KPU RI Hasyim Asy'ari mengatakan antusiasme pemungutan suara pemilu di Malaysia, Minggu 14 April 2019 sangat luar biasa, sehingga pemilih berbondong-bondong datang ke TPS yang disediakan di kantor perwakilan Indonesia.
"Antusiasme warga luar biasa. Sehingga ketika pemilih datang berbondong-bondong ke kantor perwakilan, dan kalau yang melihat tidak tahu itu (dikira) melakukan demonstrasi, padahal ini antusiasme yang besar," kata Hasyim.
Hasyim mengatakan di Malaysia KPU menyiapkan 255 TPS. Sebagian besar TPS berada di luar kantor perwakilan Indonesia.
Karena di luar kantor perwakilan Indonesia, maka syaratnya adalah harus mendapatkan persetujuan atau izin dari pemerintah lokal, dalam hal ini pemerintah Malaysia.
Namun sampai dengan Sabtu (13/4) malam belum ada respon dari pemerintah lokal, sehingga dengan begitu, KPU mengambil kebijakan menetapkan semua TPS agar digelar di kantor-kantor perwakilan Indonesia.
"Di Kuala Lumpur ada tiga tempat, yang pertama adalah di Kantor Kedubes, kemudian yang kedua adalah Wisma Duta atau rumah tinggal dinas dubes dan yang ketiga adalah sekolah Indonesia," ujar dia.
Karena hanya disentralkan di tiga tempat, maka dari 255 TPS itu, kata Hasyim, kemudian akhirnya hanya dioperasikan 168 TPS, dan ditambah dua TPS pada sore hari karena pemilih yang berdatangan luar biasa.
Dia mengatakan pemilih Indonesia yang ada di Kuala Lumpur lebih dari 500 ribu pemilih. Sehingga untuk yang TPS menggunakan polling station tercatat 126.000 pemilih.
"Jadi bisa dibayangkan 126.000 pemilih voting operationnya di 170 TPS, hanya terkonsentrasi di tiga tempat," jelasnya.
Dalam pelaksanaannya semestinya pemungutan suara dihentikan pukul 18.00 waktu setempat, namun karena masih terdapat ratusan orang mengantre, maka lokasi pemungutan dipindah dari Wisma Duta ke Kantor Kedutaan, dan pemungutan suara tetap dilanjutkan sampai semua WNI dapat menggunakan hak pilihnya.