Pemerintah Kota Makassar segera siapkan 153 unit alat fogging tanggulangi DBD
Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kota Makassar, Sulawesi Selatan segera menyiapkan sebanyak 153 unit alat "fogging: untuk menanggulangi kasus demam berdarah dengue (DBD) yang diperkirakan terus meningkat di daerah ini.
"Ratusan alat fogging ini diperuntukkan bagi setiap kelurahan se Kota Makassar, yang artinya masing-masing kelurahan akan dilengkapi satu alat fogging dari 153 kelurahan se-Kota Makassar," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr Andi Hadijah Iriani R, Sp.THT.MSi, di Makassar, Selasa.
Meski demikian, kata dia, pengadaan alat ini harus melalui proses dan mekanisme yang ada, termasuk menyiapkan anggaran pengadaan hingga tender dan pembelian alat.
"Alhamdulillah pengadaannya bisa masuk dan kami sudah mulai menyiapkan dokumen lelang. Insya Allah selesai cepat tendernya, jadi dimungkinkan Agustus nanti barangnya sudah ada. Paling penting spesifikasi jelas dan sesuai harga," katanya.
Ia menyebutkan bahwa Dinkes Makassar telah memperoleh bantuan satu unit alat fogging dari Pemerintah Provinsi Sulsel dan satu unit dari komunitas relawan, namun diakui bahwa alat tersebut belum cukup untuk mengendalikan kasus DBD di Kota Makassar.
Upaya lain yang dilakukan yakni gencar membagikan bubuk abate kepada masyarakat sekaligus pemberian pada tempat-tempat yang digenangi air dan dapat menimbulkan jentik nyamuk.
Pihak puskesmas juga telah turun dalam upaya memberikan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat guna menjaga kebersihan lingkungan sekitar, walaupun hal ini diakui dr Iriani cukup terlambat.
Menurut dia, kasus DBD telah berulang setiap tahunnya pada masa peralihan musim, dari musim hujan ke musim kemarau dan semua masyarakat telah menyadari hal ini. Sehingga harusnya masyarakat telah bisa mengantisipasi kasus DBD jauh hari sebelumnya.
"Caranya sangat sederhana, bahwa masyarakat harus memperbaiki lingkungannya seperti jangan ada genangan dan pakaian tergantung, drainase harus mengalir agar tidak menjadi sumber bertelur nyamuk. Itu yang paling pertama untuk menghilangkan jentik nyamuk dalam rumah," katanya.
Hal ini terus didengung-dengungkan ke masyarakat, termasuk meminta agar siaga terhadap kasus DBD yang paling fatal bisa menyebabkan kematian.
"Apalagi kasus DBD terus meningkat, ada yang menyampaikan laporannya dan ada pula yang tidak melapor," katanya.
Ia menyebut pihak puskesmas telah mendapati beberapa kasus DBD dalam satu keluarga. Maka kebersihan lingkungan menjadi hal yang paling penting untuk diperhatikan.
"Kebersihan lingkungan itu yang paling pertama dalam pencegahan DBD, fogging itu malah upaya terakhir. Jadi masyarakat juga harus sadar untuk membersihkan lingkungannya," demikian Andi Hadijah Iriani R.
"Ratusan alat fogging ini diperuntukkan bagi setiap kelurahan se Kota Makassar, yang artinya masing-masing kelurahan akan dilengkapi satu alat fogging dari 153 kelurahan se-Kota Makassar," kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Kesehatan Kota Makassar, dr Andi Hadijah Iriani R, Sp.THT.MSi, di Makassar, Selasa.
Meski demikian, kata dia, pengadaan alat ini harus melalui proses dan mekanisme yang ada, termasuk menyiapkan anggaran pengadaan hingga tender dan pembelian alat.
"Alhamdulillah pengadaannya bisa masuk dan kami sudah mulai menyiapkan dokumen lelang. Insya Allah selesai cepat tendernya, jadi dimungkinkan Agustus nanti barangnya sudah ada. Paling penting spesifikasi jelas dan sesuai harga," katanya.
Ia menyebutkan bahwa Dinkes Makassar telah memperoleh bantuan satu unit alat fogging dari Pemerintah Provinsi Sulsel dan satu unit dari komunitas relawan, namun diakui bahwa alat tersebut belum cukup untuk mengendalikan kasus DBD di Kota Makassar.
Upaya lain yang dilakukan yakni gencar membagikan bubuk abate kepada masyarakat sekaligus pemberian pada tempat-tempat yang digenangi air dan dapat menimbulkan jentik nyamuk.
Pihak puskesmas juga telah turun dalam upaya memberikan edukasi dan sosialisasi ke masyarakat guna menjaga kebersihan lingkungan sekitar, walaupun hal ini diakui dr Iriani cukup terlambat.
Menurut dia, kasus DBD telah berulang setiap tahunnya pada masa peralihan musim, dari musim hujan ke musim kemarau dan semua masyarakat telah menyadari hal ini. Sehingga harusnya masyarakat telah bisa mengantisipasi kasus DBD jauh hari sebelumnya.
"Caranya sangat sederhana, bahwa masyarakat harus memperbaiki lingkungannya seperti jangan ada genangan dan pakaian tergantung, drainase harus mengalir agar tidak menjadi sumber bertelur nyamuk. Itu yang paling pertama untuk menghilangkan jentik nyamuk dalam rumah," katanya.
Hal ini terus didengung-dengungkan ke masyarakat, termasuk meminta agar siaga terhadap kasus DBD yang paling fatal bisa menyebabkan kematian.
"Apalagi kasus DBD terus meningkat, ada yang menyampaikan laporannya dan ada pula yang tidak melapor," katanya.
Ia menyebut pihak puskesmas telah mendapati beberapa kasus DBD dalam satu keluarga. Maka kebersihan lingkungan menjadi hal yang paling penting untuk diperhatikan.
"Kebersihan lingkungan itu yang paling pertama dalam pencegahan DBD, fogging itu malah upaya terakhir. Jadi masyarakat juga harus sadar untuk membersihkan lingkungannya," demikian Andi Hadijah Iriani R.