Dinas Pertanian Makassar kerahkan 150 orang pemeriksa hewan kurban
Makassar (ANTARA) - Pemerintah Kota melalui Dinas Perikanan dan Pertanian (DP2) Makassar, Provinsi Sulawesi Selatan, menurunkan 150 orang sebagai bagian dari tim pemeriksa hewan ternak guna mengantisipasi penularan virus Penyakit Kuku dan Mulut (PMK) khususnya hewan kurban menjelang Hari Raya Idul Adha 1443 Hijiriah.
"Kita turunkan 150 tim pemeriksa hewan kurban, 30 orang diantaranya dokter hewan untuk antisipasi PMK. Tim melakukan pemeriksaan ante mortem kepada hewan ternak yang dijual oleh pedagang tersebar di sejumlah lokasi," kata Kepala DP2 Makassar, Evi Apriliaty, di Makassar, Selasa.
Untuk metode pemeriksaan luar bagi fisik hewan ternak dengan cara antre mortem seperti memeriksa gigi, kulit, mata, kondisi fisik mampu berdiri, serta kesehatan hewan. Selain itu, guna mendukung pemeriksaan, disiapkan kendaraan Mobile Lab Care guna memeriksa sampel secara cepat agar diketahui kondisi kesehatan hewan yang dijual para pedagang.
Sejauh ini, kata Evi, belum ditemukan hewan ternak terpapar virus PMK. Namun demikian, pemeriksaan terus dilakukan tim hingga menjelang lebaran demi mencegah penularan virus hewan dan masyarakat tidak khawatir mengkonsumsi daging hewan kurban.
"Sampai saat ini belum ada (virus PMK ditemukan) penyakit. Semoga saja kita di Makassar dan di Sulsel ini tidak ada ditemukan hewan terinfeksi. Seluruh hewan yang sudah diperiksa di tandai label khusus dan sertifikat bebas penyakit," katanya.
Saat ditanyakan dari mana hewan ternak itu didatangkan, kata Evi, rata-rata dari Kabupaten Bone, Soppeng hingga Sinjai. Pihaknya pun telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan kabupaten setempat untuk pemeriksaan awal hewan ternak sebelum di bawa ke Makassar.
Mengenai berapa jumlah hewan ternak yang saat ini dipasarkan di sejumlah titik wilayah kota, kata dia, tim masih melaksanakan pendataan. Namun bila dilihat data tahun 2021, jumlah kebutuhan hewan kurban di Makassar mencapai lima ribuan ekor baik sapi maupun kambing.
"Kemungkinan tahun ini akan bertambah, seiring perbaikan ekonomi kita usai puncak pandemi COVID-19 tahun lalu. Misalnya saja, kalau tahun lalu hanya bisa puluhan ekor, kini bisa seratusan ekor," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Pemeriksa Manggala dan Panakkukang DP2 Makassar, dokter hewan Ridwan Gaffar menuturkan, sampai saat ini pemeriksaan antre mortem kepada hewan ternak belum ditemukan tanda-tanda penyakit Zoonosis, khususnya virus PMK.
"Metode pemeriksaan kita lakukan apabila hewan sehat, adalah mampu berdiri, tidak pincang. Kemudian kulit, mata, telinga dan anusnya kita periksa untuk memastikan hewan itu sehat," kata Ridwan.
Secara terpisah, penjual hewan ternak di Tamangapa Antang, Haji Kallu menuturkan, sampai saat ini sudah memasarkan puluhan ekor. Ia berharap tahun ini pendapatan penjualan naik, seiring melandainya virus COVID-19. Kendati demikian, ancaman penularan virus PMK juga menjadi kekhawatiran tersendiri.
"Biasa pembeli cari sertifikat kesehatan hewan, dan kami sangat bersyukur sudah ada diberikan dinas setelah semua sapi dan kambing diperiksa dokter. Jadi semua aman. Harganya sapi antara Rp12 jutaan sampai Rp25 jutaan tergantung besarnya," tutur dia.
"Kita turunkan 150 tim pemeriksa hewan kurban, 30 orang diantaranya dokter hewan untuk antisipasi PMK. Tim melakukan pemeriksaan ante mortem kepada hewan ternak yang dijual oleh pedagang tersebar di sejumlah lokasi," kata Kepala DP2 Makassar, Evi Apriliaty, di Makassar, Selasa.
Untuk metode pemeriksaan luar bagi fisik hewan ternak dengan cara antre mortem seperti memeriksa gigi, kulit, mata, kondisi fisik mampu berdiri, serta kesehatan hewan. Selain itu, guna mendukung pemeriksaan, disiapkan kendaraan Mobile Lab Care guna memeriksa sampel secara cepat agar diketahui kondisi kesehatan hewan yang dijual para pedagang.
Sejauh ini, kata Evi, belum ditemukan hewan ternak terpapar virus PMK. Namun demikian, pemeriksaan terus dilakukan tim hingga menjelang lebaran demi mencegah penularan virus hewan dan masyarakat tidak khawatir mengkonsumsi daging hewan kurban.
"Sampai saat ini belum ada (virus PMK ditemukan) penyakit. Semoga saja kita di Makassar dan di Sulsel ini tidak ada ditemukan hewan terinfeksi. Seluruh hewan yang sudah diperiksa di tandai label khusus dan sertifikat bebas penyakit," katanya.
Saat ditanyakan dari mana hewan ternak itu didatangkan, kata Evi, rata-rata dari Kabupaten Bone, Soppeng hingga Sinjai. Pihaknya pun telah berkoordinasi dengan Dinas Peternakan kabupaten setempat untuk pemeriksaan awal hewan ternak sebelum di bawa ke Makassar.
Mengenai berapa jumlah hewan ternak yang saat ini dipasarkan di sejumlah titik wilayah kota, kata dia, tim masih melaksanakan pendataan. Namun bila dilihat data tahun 2021, jumlah kebutuhan hewan kurban di Makassar mencapai lima ribuan ekor baik sapi maupun kambing.
"Kemungkinan tahun ini akan bertambah, seiring perbaikan ekonomi kita usai puncak pandemi COVID-19 tahun lalu. Misalnya saja, kalau tahun lalu hanya bisa puluhan ekor, kini bisa seratusan ekor," katanya.
Sementara itu, Ketua Tim Pemeriksa Manggala dan Panakkukang DP2 Makassar, dokter hewan Ridwan Gaffar menuturkan, sampai saat ini pemeriksaan antre mortem kepada hewan ternak belum ditemukan tanda-tanda penyakit Zoonosis, khususnya virus PMK.
"Metode pemeriksaan kita lakukan apabila hewan sehat, adalah mampu berdiri, tidak pincang. Kemudian kulit, mata, telinga dan anusnya kita periksa untuk memastikan hewan itu sehat," kata Ridwan.
Secara terpisah, penjual hewan ternak di Tamangapa Antang, Haji Kallu menuturkan, sampai saat ini sudah memasarkan puluhan ekor. Ia berharap tahun ini pendapatan penjualan naik, seiring melandainya virus COVID-19. Kendati demikian, ancaman penularan virus PMK juga menjadi kekhawatiran tersendiri.
"Biasa pembeli cari sertifikat kesehatan hewan, dan kami sangat bersyukur sudah ada diberikan dinas setelah semua sapi dan kambing diperiksa dokter. Jadi semua aman. Harganya sapi antara Rp12 jutaan sampai Rp25 jutaan tergantung besarnya," tutur dia.