"Pertama adalah kepada anak yang berat badannya tidak bertambah atau cenderung turun," ujarnya dalam acara peluncuran kegiatan Pemberian Makanan Tambahan (PMT) berbahan pangan lokal yang diadakan di Jakarta, Rabu.
Budi mengatakan jika berat badan anak tidak bertambah atau bahkan cenderung menurun dapat mengakibatkan stunting di kemudian hari.
Hal inilah yang dihindari, sebab sebelumnya angka stunting berhasil ditekan, namun angka wasting (berat badan kurang) justru bertambah, tambahnya.
Kemudian penerima kedua adalah ibu hamil yang gizinya kurang baik, menurutnya, kondisi kehamilan ibu yang baik adalah faktor penentu paling besar dalam keadaan anak sebelum dilahirkan.
"Ibunya diintervensi dengan diukur lengannya, minimal 23,5 cm. Juga indeks massa tubuh (BMI) nya, jangan sampai di bawah 18,5. Jangan sampai dibawah normal," jelasnya.
Dia mengatakan pemberian makanan dapat berupa macam-macam jenis, utamanya adalah protein hewani seperti daging, telur, dan ikan karena mengandung zat yang berguna untuk pencegahan stunting.
Rencananya, PMT kepada golongan tersebut dapat dilakukan di seluruh puskesmas di Indonesia dalam waktu dekat dengan bekerja sama dengan puskesmas dan pemerintah kabupaten/kota terkait.
Adapun kepada anak-anak yang sudah tergolong stunting, penanganannya tetap berjalan seperti biasanya dengan pengawasan dari dokter di rumah sakit, tambahnya.
Kemenkes menargetkan angka stunting dapat diturunkan menjadi 14 persen pada 2024. Program ini diharapkan mampu menekan angka stunting di Indonesia.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Menkes paparkan penerima program PMT untuk atasi stunting