Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Rycko Amelza Dahniel menyebutkan sebanyak 148 terduga teroris ditangkap oleh jajaran Detasemen khusus (Densus) 88 Antiteror Polri bersama TNI sepanjang tahun 2023.
Rycko mengatakan ratusan terduga teroris yang ditangkap tersebut berasal dari kelompok Jemaah Islam Indoensia (JII) dan Jamaah Ansaarut Daulah (JAD).
"Sebanyak 148 teroris telah ditangkap sepanjang tahun 2023, didominasi oleh kelompok JII dan JAD," kata Rycko saat menyampaikan rilis akhir tahun BNPT di Sentul, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat.
Menurut Rycho, JII dan JAD merupakan dua jaringan teroris terbesar di Indonesia yang terafiliasi langsung dengan kelompok teror dunia Al Qaeda dan ISIS.
Baca juga: BNPT lakukan asesmen pastikan keamanan Natal dan tahun baru
Penangkapan 148 teroris itu disebutnya berjalan linier dengan menurunnya aksi terorisme di Indonesia. Bahkan, sepanjang tahun 2023 tidak ada satu pun aksi teror yang terjadi di Tanah Air.
"Meski masih didapati sejumlah teror di sejumlah negara, namun sepanjang tahun 2023 tidak ada aksi terorisme di Indonesia. Sebuah indikasi yang menunjukkan membaiknya situasi keamanan di Indonesia," kata Rycko.
Namun demikian, dia tetap mengimbau semua pihak tetap waspada dengan dinamika yang muncul di bawah permukaan dari sel-sel jaringan teror yang masuk lewat berbagai sendi kehidupan masyarakat.
Apalagi, jaringan terorisme global menurutnya masih melakukan aksi terorisme dengan menyasar kaum perempuan dan anak sebagai target utamanya.
"Kita tidak boleh berpuas diri, perbuatan radikal kepada kelompok rentan yaitu perempuan, anak, dan remaja masih terus terjadi," ujarnya.
Baca juga: BNPT: Sepanjang 2023 nihil kasus serangan terorisme