Piala Asia U23 - Fakta menarik di balik laga Indonesia vs Korea Selatan
Jakarta (ANTARA) - Menaklukkan dua tim yang peringkat timnas seniornya lebih tinggi dari Indonesia adalah sungguh pencapaian besar.
Bahkan kemenangan kedua dilakukan dengan menjaringkan empat gol dan tak membiarkan seorang pun pemain lawan menciptakan gol sampai terpaksa mengandalkan gol bunuh diri dari pemain sendiri.
Itulah yang dilakukan Timnas Indonesia U23 dalam kurun waktu tiga hari. Pertama, mereka mengalahkan Australia pada 18 April dengan 1-0. Kedua, membabat Yordania 4-1 pada 21 April.
Dari peringkat FIFA terakhir, tim senior Indonesia masih di bawah Australia dan Yordania, yang masing-masing memiliki peringat 24 dan 71, sedangkan Indonesia masih 134.
Memang peringkat timnas senior, tapi pencapaian Rizky Ridho cs telah menyiratkan adanya kemajuan yang menumbuhkan asa besar bahwa sepak bola kita semakin bagus, apalagi pencapaian itu sejalan dengan perjalanan timnas senior dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 sejauh ini.
Indonesia U23 yang sebagian pemainnya memperkuat juga timnas senior, kini menantang Korea Selatan dalam perebutan tiket semifinal, yang juga jalan menuju Olimpiade 2024 di Paris.
Selain memperebutkan trofi juara, Piala Asia U23 juga menjadi ajang mendapatkan tiga tiket otomatis Olimpiade Paris 2024 untuk zona Asia, ditambah satu tiket playoff antarbenua melawan Guinea yang kalah dari Mali dalam perebutan tempat ketiga Piala Afrika U23 2023.
Menantang juara Piala Asia U23 edisi 2020 menjadi tantangan terberat Garuda Muda. Tim ini juga sudah empat kali mencapai semifinal Piala Asia U23 dan sudah dua kali mencapai final.
Dari semua tim yang pernah mencapai Piala Asia U23, Korea Selatan adalah tim yang memainkan laga paling banyak, 30 pertandingan, yang 20 di antaranya mereka menangkan.
Mereka hanya pernah lima kali kalah, yang hampir semuanya terjadi setelah babak perempat final. Pertama, dalam semifinal 2013 ketika takluk 1-3 kepada Irak. Kedua, sewaktu menyerah 2-3 dari Jepang dalam final 2016.
Uzbekistan dan Qatar menjadi negara ketiga dan keempat yang mengalahkan Korea Selatan pada Piala Asia U23 edisi 2018. Uzbekistan menang 4-1 dalam semifinal, sedangkan Qatar menang 1-0 dalam perebutan tempat ketiga.
Jepang menjadi tim yang dua kali mengalahkan Korea Selatan dalam Piala Asia U23, setelah menang 3-0 dalam perempatfinal 2022.
Lebih produktif
Bagi Indonesia, pertandingan perempatfinal 26 April nanti di Stadion Abdullah bin Khalifa adalah pertemuan kedua dengan Korea Selatan setelah kualifikasi Piala Asia U23 2016 ketika Merah Putih menyerah 0-4.
Apakah Indonesia bisa membalas kekalahan delapan tahun silam itu dan menjadi tim kedua setelah Jepang yang menggagalkan Korea Selatan melangkah ke semifinal Piala Asia U23?
Ada alasan optimistis untuk menjawab 'ya' terhadap pertanyaan itu, tapi juga ada sedikit pesimisme.
Keberhasilan mengakhiri perjalanan Australia dan Yordania, adalah alasan untuk optimistis bahwa Garuda Muda bisa membuat kejutan saat meladeni Korea Selatan.
Tampil sebagai debutan yang berstatus underdog bisa membuat Indonesia tampil sama lepas tapi taktis seperti saat mengalahkan Australia dan Yordania.
Tampil tanpa beban dan menikmati pertandingan bisa membuat pertandingan justru menjadi beban bagi Korea Selatan dan ini menjadi pintu masuk bagi Garuda Muda untuk menang.
Sedangkan hal yang membuat agak pesimistis adalah resume cemerlang Korea Selatan dari edisi ke edisi Piala Asia U23 itu, yang hampir selalu berhasil mencapai semifinal turnamen ini.
Korea Selatan juga menjadi satu dari dua tim yang belum pernah kebobolan selama Piala Asia U23 edisi 2024, selain Uzbekistan yang menjalani pertandingan terakhir fase grup Selasa malam ini melawan Vietnam, guna menentukan predikat juara Grup D.
Namun sepak bola kerap menepis catatan sebelumnya, sehingga tak ada jaminan Indonesia tak bisa mengalahkan Korea Selatan.
Ada beberapa hal yang membuat Indonesia bisa berbicara lebih banyak dalam pertandingan Kamis dini hari lusa itu. Salah satunya produktivitas gol, yang dalam soal ini Garuda Muda lebih tajam dari Korea Selatan.
Tim Shin Tae-yong sudah mencetak lima gol, sedangkan Korea Selatan yang dilatih Hwang Sun-hong baru membuat empat gol.
Pertarungan dua Korea
Faktor Shin Tae-yong juga sangat menentukan, apalagi laga ini bisa menjadi pertandingan adu gengsi yang memotivasi para pelatih untuk mendorong timnya tampil all-out.
Ini karena laga ini merupakan pertemuan antara pelatih yang tengah menangani timnas Korea Selatan dan pelatih yang pernah menangani tim yang sama.
Selain melatih Korea Selatan U23, Hwang Sun-hong adalah juga caretaker timnas senior Korea Selatan sejak 27 Februari 2024 setelah asosiasi sepak bola negara itu memecat Juergen Klinsmann karena gagal membawa Laskar Taegeuk menjuarai Piala Asia 2023.
Meskipun dua tahun lebih muda dari Hwang, Shin memiliki curriculum vitae lebih menarik dalam melatih tim nasional Korea Selatan. Hwang saat ini berusia 55 tahun, sedangkan Shin berumur 53 tahun.
Hwang baru tahun ini melatih Laskar Taegeuk, tapi sudah menangani Korea Selatan U23 sejak 2021. Pencapaian terbesar Hwang adalah perempat final Piala Asia U23 2022 dan medali emas Asian Games 2022.
Akan halnya Shin. Pelatih yang disebut media massa Korea Selatan sangat dicintai publik sepak bola Indonesia itu mengantarkan Korea Selatan menjadi runner up Piala Asia U23 2016 dan membawa Korea Selatan ke perempat final Olimpiade Rio 2016.
Namun pencapaian Shin yang paling dikenang publik adalah mengantarkan Korea Selatan menaklukkan Jerman 2-0 dalam Piala Dunia 2018, padahal Jerman berstatus juara bertahan dan favorit juara.
Meskipun Korea Selatan tersisih sebagaimana Jerman, akibat kalah dari Swedia dan Meksiko, catatan pernah mengalahkan juara dunia itu abadi tertulis dalam daftar riwayat hidup Shin Tae-yong.
Kini Shin mencoba lagi membuat catatan bagus, bersama Indonesia, termasuk bersama timnas U23.
Pertarungan dan ambisi antara kedua pelatih ini bisa mengimbuhkan energi lebih kepada Marselino Ferdinan dan rekan-rekan, sehingga bertarung gigih melawan Korea Selatan.
Lain dari itu, latar belakang Shin, baik sebagai mantan pemain dan pelatih Korea, bisa menawarkan formula tambahan mengenai kiat bagaimana harusnya menghadapi Korea Selatan.
Tambahan, ada nilai plus lain dalam skuad Indonesia 2023, yakni separuh anggota skuadnya adalah juga pemain-pemain timnas senior.
Baik dalam Piala Asia 2023 maupun pada ualifikasi Piala Dunia 2026, mereka berpengalaman menghadapi tim-tim kelas atas, walau sejauh ini gagal mereka menangkan.
Fakta bahwa lebih separuh dari anggota skuad Garuda Muda adalah juga anggota timnas senior ini, yang berbeda dari skuad Korea Selatan U23 yang hampir semua produk lokal tidak seperti timnas seniornya yang dipenuhi legiun Eropa, bisa menjadi modal yang dapat memperbesar kemungkinan Indonesia U23 untuk menang. Semoga.
Bahkan kemenangan kedua dilakukan dengan menjaringkan empat gol dan tak membiarkan seorang pun pemain lawan menciptakan gol sampai terpaksa mengandalkan gol bunuh diri dari pemain sendiri.
Itulah yang dilakukan Timnas Indonesia U23 dalam kurun waktu tiga hari. Pertama, mereka mengalahkan Australia pada 18 April dengan 1-0. Kedua, membabat Yordania 4-1 pada 21 April.
Dari peringkat FIFA terakhir, tim senior Indonesia masih di bawah Australia dan Yordania, yang masing-masing memiliki peringat 24 dan 71, sedangkan Indonesia masih 134.
Memang peringkat timnas senior, tapi pencapaian Rizky Ridho cs telah menyiratkan adanya kemajuan yang menumbuhkan asa besar bahwa sepak bola kita semakin bagus, apalagi pencapaian itu sejalan dengan perjalanan timnas senior dalam kualifikasi Piala Dunia 2026 sejauh ini.
Indonesia U23 yang sebagian pemainnya memperkuat juga timnas senior, kini menantang Korea Selatan dalam perebutan tiket semifinal, yang juga jalan menuju Olimpiade 2024 di Paris.
Selain memperebutkan trofi juara, Piala Asia U23 juga menjadi ajang mendapatkan tiga tiket otomatis Olimpiade Paris 2024 untuk zona Asia, ditambah satu tiket playoff antarbenua melawan Guinea yang kalah dari Mali dalam perebutan tempat ketiga Piala Afrika U23 2023.
Menantang juara Piala Asia U23 edisi 2020 menjadi tantangan terberat Garuda Muda. Tim ini juga sudah empat kali mencapai semifinal Piala Asia U23 dan sudah dua kali mencapai final.
Dari semua tim yang pernah mencapai Piala Asia U23, Korea Selatan adalah tim yang memainkan laga paling banyak, 30 pertandingan, yang 20 di antaranya mereka menangkan.
Mereka hanya pernah lima kali kalah, yang hampir semuanya terjadi setelah babak perempat final. Pertama, dalam semifinal 2013 ketika takluk 1-3 kepada Irak. Kedua, sewaktu menyerah 2-3 dari Jepang dalam final 2016.
Uzbekistan dan Qatar menjadi negara ketiga dan keempat yang mengalahkan Korea Selatan pada Piala Asia U23 edisi 2018. Uzbekistan menang 4-1 dalam semifinal, sedangkan Qatar menang 1-0 dalam perebutan tempat ketiga.
Jepang menjadi tim yang dua kali mengalahkan Korea Selatan dalam Piala Asia U23, setelah menang 3-0 dalam perempatfinal 2022.
Lebih produktif
Bagi Indonesia, pertandingan perempatfinal 26 April nanti di Stadion Abdullah bin Khalifa adalah pertemuan kedua dengan Korea Selatan setelah kualifikasi Piala Asia U23 2016 ketika Merah Putih menyerah 0-4.
Apakah Indonesia bisa membalas kekalahan delapan tahun silam itu dan menjadi tim kedua setelah Jepang yang menggagalkan Korea Selatan melangkah ke semifinal Piala Asia U23?
Ada alasan optimistis untuk menjawab 'ya' terhadap pertanyaan itu, tapi juga ada sedikit pesimisme.
Keberhasilan mengakhiri perjalanan Australia dan Yordania, adalah alasan untuk optimistis bahwa Garuda Muda bisa membuat kejutan saat meladeni Korea Selatan.
Tampil sebagai debutan yang berstatus underdog bisa membuat Indonesia tampil sama lepas tapi taktis seperti saat mengalahkan Australia dan Yordania.
Tampil tanpa beban dan menikmati pertandingan bisa membuat pertandingan justru menjadi beban bagi Korea Selatan dan ini menjadi pintu masuk bagi Garuda Muda untuk menang.
Sedangkan hal yang membuat agak pesimistis adalah resume cemerlang Korea Selatan dari edisi ke edisi Piala Asia U23 itu, yang hampir selalu berhasil mencapai semifinal turnamen ini.
Korea Selatan juga menjadi satu dari dua tim yang belum pernah kebobolan selama Piala Asia U23 edisi 2024, selain Uzbekistan yang menjalani pertandingan terakhir fase grup Selasa malam ini melawan Vietnam, guna menentukan predikat juara Grup D.
Namun sepak bola kerap menepis catatan sebelumnya, sehingga tak ada jaminan Indonesia tak bisa mengalahkan Korea Selatan.
Ada beberapa hal yang membuat Indonesia bisa berbicara lebih banyak dalam pertandingan Kamis dini hari lusa itu. Salah satunya produktivitas gol, yang dalam soal ini Garuda Muda lebih tajam dari Korea Selatan.
Tim Shin Tae-yong sudah mencetak lima gol, sedangkan Korea Selatan yang dilatih Hwang Sun-hong baru membuat empat gol.
Pertarungan dua Korea
Faktor Shin Tae-yong juga sangat menentukan, apalagi laga ini bisa menjadi pertandingan adu gengsi yang memotivasi para pelatih untuk mendorong timnya tampil all-out.
Ini karena laga ini merupakan pertemuan antara pelatih yang tengah menangani timnas Korea Selatan dan pelatih yang pernah menangani tim yang sama.
Selain melatih Korea Selatan U23, Hwang Sun-hong adalah juga caretaker timnas senior Korea Selatan sejak 27 Februari 2024 setelah asosiasi sepak bola negara itu memecat Juergen Klinsmann karena gagal membawa Laskar Taegeuk menjuarai Piala Asia 2023.
Meskipun dua tahun lebih muda dari Hwang, Shin memiliki curriculum vitae lebih menarik dalam melatih tim nasional Korea Selatan. Hwang saat ini berusia 55 tahun, sedangkan Shin berumur 53 tahun.
Hwang baru tahun ini melatih Laskar Taegeuk, tapi sudah menangani Korea Selatan U23 sejak 2021. Pencapaian terbesar Hwang adalah perempat final Piala Asia U23 2022 dan medali emas Asian Games 2022.
Akan halnya Shin. Pelatih yang disebut media massa Korea Selatan sangat dicintai publik sepak bola Indonesia itu mengantarkan Korea Selatan menjadi runner up Piala Asia U23 2016 dan membawa Korea Selatan ke perempat final Olimpiade Rio 2016.
Namun pencapaian Shin yang paling dikenang publik adalah mengantarkan Korea Selatan menaklukkan Jerman 2-0 dalam Piala Dunia 2018, padahal Jerman berstatus juara bertahan dan favorit juara.
Meskipun Korea Selatan tersisih sebagaimana Jerman, akibat kalah dari Swedia dan Meksiko, catatan pernah mengalahkan juara dunia itu abadi tertulis dalam daftar riwayat hidup Shin Tae-yong.
Kini Shin mencoba lagi membuat catatan bagus, bersama Indonesia, termasuk bersama timnas U23.
Pertarungan dan ambisi antara kedua pelatih ini bisa mengimbuhkan energi lebih kepada Marselino Ferdinan dan rekan-rekan, sehingga bertarung gigih melawan Korea Selatan.
Lain dari itu, latar belakang Shin, baik sebagai mantan pemain dan pelatih Korea, bisa menawarkan formula tambahan mengenai kiat bagaimana harusnya menghadapi Korea Selatan.
Tambahan, ada nilai plus lain dalam skuad Indonesia 2023, yakni separuh anggota skuadnya adalah juga pemain-pemain timnas senior.
Baik dalam Piala Asia 2023 maupun pada ualifikasi Piala Dunia 2026, mereka berpengalaman menghadapi tim-tim kelas atas, walau sejauh ini gagal mereka menangkan.
Fakta bahwa lebih separuh dari anggota skuad Garuda Muda adalah juga anggota timnas senior ini, yang berbeda dari skuad Korea Selatan U23 yang hampir semua produk lokal tidak seperti timnas seniornya yang dipenuhi legiun Eropa, bisa menjadi modal yang dapat memperbesar kemungkinan Indonesia U23 untuk menang. Semoga.