Jombang (ANTARA) - Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf mengungkapkan tentang semangat transformasi Nahdlatul Ulama di tengah perkembangan zaman yang begitu cepat.
Gus Yahya menyebut bahwa Nahdlatul Ulama harus terus berupaya melakukan transformasi karena hal ini telah banyak entitas yang tidak relevan dan terkikis oleh perkembangan zaman.
"NU akan terus berupaya menjadi organisasi yang tetap dibutuhkan oleh umat," kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang ini dalam rilis yang diterima di Surabaya, Sabtu.
Gus Yahya mengatakan saat ini dunia sedang berubah dan perubahannya begitu cepat. Di tengah perubahan itu semua akan menghadapi tantangan yang paling mendasar yaitu tantangan untuk menjadi tetap relevan di tengah perubahan yang cepat, dan perubahan tersebut juga tidak memandang entitas apapun.
"Perubahan itu bisa negara atau organisasi atau bahkan perorangan. Kita tahu sudah berapa banyak orang yang begitu penting di tengah masyarakat menjadi tidak relevan karena habis masa jabatannya," ujarnya.
Ia juga mengatakan dalam konteks yang berskala besar, NU juga harus mampu mempertahankan relevansinya di tengah perubahan peradaban yang begitu cepat.
Dirinya juga meyakini bahwa NU adalah organisasi yang penuh keberkahan dan tetap dibutuhkan umat sepanjang zaman. Tantangan yang semakin kompleks membuat NU juga harus bersiap menghadapi tantangan tersebut.
"Apalagi dalam konteks masyarakat berskala peradaban seperti yang kita alami saat ini. Maka NU pun memiliki tantangan yang sama, sejauh mana NU mampu mempertahankan relevansi di tengah tengah perubahan yang begitu cepat. Sampai kapan orang butuh NU. Kita yakin jamiyah ini adalah jamiyah yang berkah sebagaimana pada nash oleh muassis-nya sendiri," kata dia.
Gus Yahya juga mengatakan keyakinan tentang keberkahan NU dan para muassis yang selalu optimistis tentang masa depan. Keyakinan tersebut juga harus dibarengi dengan tanggung jawab yang besar.
"Tetapi tentu saja siapa pun yang sudah berani memegang tanggung jawab atas organisasi ini harus berbuat sesuatu, sehingga relevansi ini tetap lestari bahkan meningkatkan menjadi relevan lagi," kata dia.
PBNU, kata dia, juga sampai pada kesimpulan bahwa jamiyah ini harus bertransformasi. Untuk transformasi yang dibutuhkan adalah secara dharury bukan hanya musabaqoh menjadi lebih baik dari yang lain atau bahkan hanya muharabah untuk memenangkan pertarungan dengan yang lain.
"Ini soal survival, bagaimana soal bertahan di tengah gelombang yang terjadi. Dalam rangka memenuhi kebutuhan transportasi itu, kami kembangkan sejumlah strategi yang pada dasarnya meliputi tiga matra besar, yakni konsolidasi tata kelola organisasi, konsolidasi agenda-agenda organisasi, dan konsolidasi sumber daya organisasi," kata dia.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) secara resmi membuka Konferensi Wilayah (Konferwil) NU Jatim yang digelar di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, Jumat (2/8) malam dengan mengusung tema Merajut Ukhuwah dan Mengokohkan Jamiyah dalam Pendampingan Umat.
Konferwil NU Jatim ini digelar pada Jumat-2-4 Agustus 2024. Acara tersebut dihadiri oleh Rais Aam PBNU K.H. Miftachul Akhyar, Ketua Umum PBNU K.H. Yahya Cholil Staquf serta Sekretaris Jenderal PBNU H Saifullah Yusuf dan jajaran pengurus lainnya.
Kegiatan ini juga diwarnai dengan penyerahan cenderamata dari PWNU Jatim kepada Ketua Umum PP Muslimat NU Khofifah Indar Parawansa, Penjabat Gubernur Jatim Adhy Karyono, Kapolda Jatim Irjen Pol Imam Sugianto, dan Direktur Utama PT Petrokimia Gresik.
Konferwil tersebut melibatkan 45 Pengurus Cabang Nahdlatul Ulama (PCNU) se-Jatim. Setiap cabang yang diundang mengirimkan 10 orang. Satu orang untuk utusan, dan sembilan orang lainnya sebagai peninjau.