Peneliti kolaborasi jurnalis gelar diseminasi informasi perubahan iklim
Makassar (ANTARA) - Peneliti Monash University Connection berkolaborasi dengan jurnalis yang tergabung dalam The Society of Environmental Journalists (SIEJ) Simpul Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur untuk menyebarkan informasi terkait dampak perubahan iklim terhadap kelompok rentan.
“Kolaborasi ini penting bagi peneliti dan jurnalis dalam mengatasi perubahan iklim bagi tiga kelompok rentan yaitu perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas,” kata Wakil Rektor Bidang Riset Monash University Indonesia Profesor Alex Lechner pada pertemuan virtual dengan jurnalis di tiga provinsi yaitu NTT , NTB dan Makassar ( Sulsel), Kamis.
Dikatakannya, penting bagi kedua profesi ini untuk berkolaborasi dalam mendorong kebijakan pemerintah dan memberikan sosialisasi mengenai perubahan iklim serta upaya pertahanannya (resiliense).
Hal ini mengingat mayoritas negara di dunia telah berkomitmen dalam menghadapi perubahan iklim dan mencapai tujuan. target penurunan suhu sebesar 1,5 derajat. Target tersebut sebenarnya masuk akal, namun harus segera dikejar dalam waktu terbatas.
Alex mengatakan sejak tahun 1990-an hal ini sebenarnya sudah diketahui dan dunia gagal dalam mencegah perubahan iklim. Bahkan tahun 2023 merupakan tahun bumi mengalami suhu terpanas.
Upaya mengatasinya memerlukan kerja sama tidak hanya pemerintah dan pengusaha, tetapi juga masyarakat.
“Kita memerlukan perubahan yang transformatif, mulai dari pakaian yang kita gunakan, makanan yang kita makan, hingga energi yang kita gunakan. Mau tidak mau, dunia usaha dan masyarakat harus berubah,” kata Alex dalam lokakarya Ketahanan Perubahan Iklim yang diadakan Monash University Indonesia, Koneksi dan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Hidup Indonesia (SIEJ) Makassar.
Sebagai peneliti di bidang ekologi lingkungan, Alex mengakui data tentang Indonesia sangat terbatas, padahal semua dampak perubahan iklim ekstrem bisa dilihat di Indonesia, mulai dari tanah longsor, banjir, kekeringan, dan kebakaran.
Banjir mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan dan manusia, namun sebenarnya sangat besar terhadap perekonomian. Tantangannya sangat besar bagi Indonesia karena merupakan negara yang masuk dalam daftar 30 negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, dan rentan terhadap banjir akibat naiknya permukaan air laut, misalnya Jakarta dan sekitarnya yang dekat dengan laut. .
Di satu sisi, Indonesia berperan penting dalam transisi energi global, karena Indonesia merupakan tempat penting penyerapan karbon.
Hutan di Kalimantan dan Sumatera mempunyai kapasitas yang tidak jauh berbeda dengan hutan Amazon. Di sisi lain, Indonesia juga merupakan produsen bahan bakar fosil terbesar.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti dan Jurnalis Sebarkan Informasi Perubahan Iklim
“Kolaborasi ini penting bagi peneliti dan jurnalis dalam mengatasi perubahan iklim bagi tiga kelompok rentan yaitu perempuan, lansia, dan penyandang disabilitas,” kata Wakil Rektor Bidang Riset Monash University Indonesia Profesor Alex Lechner pada pertemuan virtual dengan jurnalis di tiga provinsi yaitu NTT , NTB dan Makassar ( Sulsel), Kamis.
Dikatakannya, penting bagi kedua profesi ini untuk berkolaborasi dalam mendorong kebijakan pemerintah dan memberikan sosialisasi mengenai perubahan iklim serta upaya pertahanannya (resiliense).
Hal ini mengingat mayoritas negara di dunia telah berkomitmen dalam menghadapi perubahan iklim dan mencapai tujuan. target penurunan suhu sebesar 1,5 derajat. Target tersebut sebenarnya masuk akal, namun harus segera dikejar dalam waktu terbatas.
Alex mengatakan sejak tahun 1990-an hal ini sebenarnya sudah diketahui dan dunia gagal dalam mencegah perubahan iklim. Bahkan tahun 2023 merupakan tahun bumi mengalami suhu terpanas.
Upaya mengatasinya memerlukan kerja sama tidak hanya pemerintah dan pengusaha, tetapi juga masyarakat.
“Kita memerlukan perubahan yang transformatif, mulai dari pakaian yang kita gunakan, makanan yang kita makan, hingga energi yang kita gunakan. Mau tidak mau, dunia usaha dan masyarakat harus berubah,” kata Alex dalam lokakarya Ketahanan Perubahan Iklim yang diadakan Monash University Indonesia, Koneksi dan Masyarakat Jurnalis Lingkungan Hidup Indonesia (SIEJ) Makassar.
Sebagai peneliti di bidang ekologi lingkungan, Alex mengakui data tentang Indonesia sangat terbatas, padahal semua dampak perubahan iklim ekstrem bisa dilihat di Indonesia, mulai dari tanah longsor, banjir, kekeringan, dan kebakaran.
Banjir mempunyai dampak yang besar terhadap lingkungan dan manusia, namun sebenarnya sangat besar terhadap perekonomian. Tantangannya sangat besar bagi Indonesia karena merupakan negara yang masuk dalam daftar 30 negara paling rentan terhadap dampak perubahan iklim, dan rentan terhadap banjir akibat naiknya permukaan air laut, misalnya Jakarta dan sekitarnya yang dekat dengan laut. .
Di satu sisi, Indonesia berperan penting dalam transisi energi global, karena Indonesia merupakan tempat penting penyerapan karbon.
Hutan di Kalimantan dan Sumatera mempunyai kapasitas yang tidak jauh berbeda dengan hutan Amazon. Di sisi lain, Indonesia juga merupakan produsen bahan bakar fosil terbesar.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Peneliti dan Jurnalis Sebarkan Informasi Perubahan Iklim