Palu (ANTARA Sulsel) - Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Sulawesi Tengah Hasanuddin Atjo memerintahkan stafnya segera membangun sumur bor untuk para petambak peserta program percontohan mina-padi di Desa Malonas, Kabupaten Donggala, yang mengalami kekeringan akibat kemarau panjang.
"Segera bantu petani membangun satu unit sumur bor untuk setiap kepala keluarga peserta program ini," kata Hasanuddin Atjo usai meninjau pelaksanaan program mina-padi yang melibatkan kelompok tani Silandoya Jaya, Malonas, Rabu.
Sehari sebelumnya, Kadis KP Hasanuddin Atjo yang didampingi Kepala Bidang Budidaya Sunarwoko meninjau dari dekat lokasi program mina-padi percontohan seluas lima hektare di Malonas, sekitar 150 kilometer utara Kota Palu, dan menerima laporan kegagalan panen akibat musim kemarau panjang.
Dari peninjauan itu terlihat jelas tambak-tambak ikan mas dan nila yang dibangun dengan bantuan pemerintah daerah di sekeliling lahan persawahan peserta program mina-padi ini telah mengering bahkan tanahnya terbelah.
Ketua kelompok tani Silandoya Jaya Udin melaporkan bahwa musim tanam kedua 2015 ini mereka nyaris tidak memanen apa pun dari areal sawah dan tambak yang mereka kerjakan.
"Tanaman padi yang dipanen mungkin cuma 30 persen karena yang lainnya kering, sedangkan hasil tambak yang bisa diambil hanya sekitar 10 persen, itu pun hanya untuk dimakan sendiri," ujar Udin.
Sebelumnya, pada Juli 2015, Gubernur Sulteng Longki Djanggola melakukan panen ikan mas dan nila untuk musin tanam pertama 2015 dan menebar benih untuk musim tanam kedua 2015 pada areal program mina-padi percontohan ini.
"Namun baru dua bulan benih ditebar, kami langsung panen karena tambak mulai kering. Ikan yang sudah agak besar kami konsumsi dan yang masih kecil kami pindahkan ke bak pendederan untuk menunggu musim hujan," ujar Udin yang dibenarkan sejumlah petani yang menemaninya berdialog dengan tim DKP Sulteng.
Karena itu, Udin dan rekan-rekannya sepakat untuk meminta bantuan sumur bor karena sumur bos ini penting bukan hanya untuk mengairi tambak tetapi juga sangat dibutuhkan warga untuk konsumsi, mandi, dan cuci.
"Warga di desa ini sekarang sangat kesulitan air, bukan hanya untuk sawah dan tambak, tapi juga untuk diminum," ujar Udin.
Beruntung, katanya, Gubernur Sulteng Longki Djanggola beberapa bulan lalu membantu satu unit sumur bor untuk warga setempat, serta sebuah bak pendederan benih ikan yang akan ditebar ke tambak.
"Sumur ini jadi sasaran warga untuk mengambil air untuk masak dan minum serta mandi," ujarnya.
Menurut Udin, untuk membangun satu unit sumur bor di desanya membutuhkan biaya sekitar Rp4 juta dan waktu pemasangan hanya sekitar dua hari.
Kadis KP Sulteng Hasanuddin Atjo langsung menyetujui permohonan para petani tersebut dan memerintahkan stafnya untuk segera berkoordinasi dengan petani setempat unruk membuat sumur-sumur tersebut sebab musim kemarau belum diketahui kapan berakhir.
Proyek percontohan mina-padi di Malonas ini dilaksanakan atas kerja sama DKP Sulteng dan Bank Indonesia. DKP Sulteng membantu petani membuat tambak di sekeliling sawah petani peserta dan memberikan bibit ikan dan pakan serta pelatihan dan pendampingan sistem budidaya, sedangkan Bank Indonesia membantu dalam penguatan organisasi kelompok dan manajemen usaha tani.
Bila proyek ini berjalan sesuai harapan, para petani bisa meningkatkan pendapatannya menjadi Rp20 juta sampai Rp30 juta setiap musim panen dari hasil padi, tambak dan juga palawija dan sayur mayur yang ditanam di atas pematang di tepian tambak.