Makassar (ANTARA Sulsel) - Artis peran, Donny Kesuma yang ikut menyaksikan film nasional dengan mengangkat akar budaya suku Bugis-Makassar di Sulawesi Selatan yakni "Uang Panai" atau biasa diistilahkan sebagai mahar memujinya secara keseluruhan.
"Saya dari sejak awal menonton film ini hingga berakhir, banyak mengamatinya dan secara keseluruhan saya cuma mau bilang ini film yang sangat bagus," jelasnya yang ditemui di studio XXI Makassar, Senin.
Donny yang merupakan pemain film dan presenter itu menilai jika perfilman di Indonesia sudah sangat maju dan tidak dimonopoli lagi oleh orang-orang di Jakarta.
Bahkan dirinya sempat bertanya-tanya tentang pembuatan film itu, apakah dibuat oleh anak-anak Makassar ataukah banyak dibantu oleh sineas dari Jakarta.
"Mulai dari lighting, alur cerita, karakter perannya hingga penjiwaannya itu semua sangat pas. Dia natural dan sudah berstandar nasional, semuanya sempurna," katanya.
Donny yang mendampingi Wali Kota Makassar Moh Ramdhan Pomanto menonton film itu banyak berdiskusi tentang film dan memberikan ucapan selamatnya kepada sineas Makassar.
Eksekutif Produser Film "Uang Panai" Wachyudi Muchsin mengungkapkan, pesan dari film yang diangkat dari Budaya Bugis-Makassar ini, mahar bukan segalanya dalam mewujudkan cinta suci dua insan.
"Intinya pesan yang ingin kita sampaikan itu, uang panai bukanlah segala-galanya dalam mewujudkan cinta hingga ke jenjang pernikahan," Katanya.
Film Uang Panai berkisah pemuda bernama Anca yang memperjuangkan cintanya dengan penuh keikhlasan, kepada wanita pujaannya bernama Risna.
Aturan adat istiadat suku Bugis Makassar, mengharuskan Anca membayar uang panai sebesar Rp120 juta saat melamar pacarnya tersebut. Dari sinilah muncul konflik, yang disisipi unsur komedi diperankan Tumming dan Abu.
Berawal dari nominal ini alur film Uang Panai dimulai. Sebab, Anca serta keluarganya merasa tak sanggup menyiapkan uang panai Rp120 juta sesuai pemintaan keluarga Risna.
"Dalam film ini bisa dibedakan antara uang panai, mahar dan sompa," pungkas yudi.
Yudi menyebutkan film dengan genre drama komedi mengisahkan tradisi suku Bugis-Makassar ketika akan melangsungkan pernikahan.
Pemeran tokoh utamanya adalah artis Kota Makassar, Ikram Noer yang berperan sebagai Anca dan Nurfadhillah berperan sebagai Risna serta komedian Tuming dan Abu.
Artis nasional Katon Bagaskara dan Jane Salimar juga ikut menjadi pemeran dalam film 100 persen karya anak bugis Makassar yang dicanangkan menjadi tonggak sejarah kebangkitan film lokal ke ranah nasional.