Sidrap, Sulsel (ANTARA Sulsel) - Kalangan pengusaha ternak itik di Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Sulawesi Selatan, mengeluh akibat melonjaknya pakan itik khususnya dedak yang harganya mencapai Rp13 ribu perkilogram.
Akibat tingginya harga pakan itik tersebut, sejumlah kalangan peternak itik di daerah ini terpaksa beralih menggunakan pakan lain, seperti keong dan siput yang hidup di sawah atau pinggiran sungai.
"Harga dedak saat ini mencapai Rp13 ribu perkilogram. Karena harganya sangat mahal maka kami terpaksa mencari binatang siput di sawah atau di sungai," ujar Ny Surianti, peternak itik asal Desa Allakuang, Kecamatan Maritengngae, Sidrap, Rabu.
Surianti mengatakan, selain siput dapat diperoleh secara gratis, napsu makan itik peliharaan juga meningkat bahkan pengalaman peternak, binatang siput bisa merangsang itik menjadi cepat bertelur.
Alasan utama kenapa peternak itik beralih mengunakan siput sebagai makanan ternak, kata Surianti, selain bisa diperoleh secara gratis, nilai kandungan gizinya juga tinggi, khususnya protein.
Menurut Surianti, harga telur itik saat ini tidak menentu sehingga sulit diprediksi berapa selisih keuntungan antara tingginya harga pakan dengan harga telur.
Peternak yang lain mengungkapkan, perburuan siput itu justru menguntungkan para petani padi karena binatang itu menjadi hama bagi tanaman padi.
"Peternak itik di pulau Jawa juga sudah biasa menggunakan keong mas, hama tanaman padi untuk tambahan pakan bagi itik," katanya.
Harga dedak semakin melonjak karena masa panen di daerah itu sudah mulai habis sehingga penggilingan padi sudah tidak lagi beroperasi, akibatnya stok dedak semakin menipis. Dedak merupakan hasil sampingan dari usaha penggilingan padi yang biasanya dijual pada kisaran Rp2.000 sampai Rp3.000 per kilogram.
(T.PSO-098/B013)

