Makassar (ANTARA) - Pemerintah daerah perlu mendorong pengembangan tanaman nyamplung ( (calophyllum inophyllum) di Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan, sebagai sumber energi alternatif.
Hal itu dikemukakan Peneliti Senior dari Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan Kementerian Lingkungan Hidup Budi Leksono menanggapi potensi tanaman nyamplung di Kabupaten Kepulauan Selayar, Jumat.
Dia mengatakan potensi nyamplung sebagai sumber energi alternatif sangat besar karena produktivitasnya lebih tinggi dari tanaman jarak sehingga pemerintah daerah harus berkolaborasi mengembangkan.
Setelah diketahui dari analisis di Laboratorium Fitokimia Biologi Farmasi oleh Prof Budi Leksono beserta Tim Penelitian Nyamplung pada 2012 bahwa minyak nyamplung (tamanu oil) mengandung kumarin.
Selain itu, lanjut dia, kandungan dan khasiat lain dari tamanu oil mulai digali menggunakan sampel biji yang berasal dari 7 pulau di Indonesia. termasuk dari Kepulauan Selayar.
Baca juga: Peneliti : Kepulauan Selayar miliki potensi BBN sumber enegi hijau
Baca juga: Peneliti paparkan potensi ikan zebra sebagai bahan penelitian obat
Mengenai produksi biji nyamplung, lanjut dia, dapat mencapai 20 ton per tahun.
Menurut dia, biji nyamplung yang mempunyai rendemen minyak paling tinggi berasal dari pulau di Dompu, Nusa Tenggara Barat, menyusul Kabupaten Kepulauan Selayar.
Baca juga: Peneliti KLHK: Potensi BBN di Sulsel sangat besar untuk energi hijau
Hal itu dibenarkan peneliti muda asal Balai Besar Lingkungan Hidup dan Kehutanan Makassar C Andriyani Prasetyawati.
Dia mengatakan kurang lebih dua tahun telah melakukan penelitian tanaman nyamplung di kawasan di Kepulauan Selayar.
'Potensi nyamplung di Selayar sangat besar, hanya saja kurang dikembangkan masyarakat karena kemungkinan kendala pemasaran," katanya.