Jakarta (ANTARA) - Dalam dua tahun terakhir, pandemi COVID-19 melanda dunia, tak terkecuali Indonesia, pergantian tahun masih tetap diwarnai gegap gempita perayaannya.
Meski tentu tidak seperti saat sebelum pandemi, yang lekat dengan hura-hura, pergantian tahun dari 2021 menuju 2002 masih dihantui dengan potensi penularan virus corona penyebab COVID-19, karena pasti terjadi kerumunan yang tidak terhindarkan.
Pengalaman secara empirik membuktikan bahwa setiap menghadapi libur pada hari-hari besar, tak lama kemudian terjadi peningkatan angka penularan COVID-19.
Itu sebabnya, ajakan, imbauan dan seruan, selalu disampaikan kepada masyarakat akan potensi tersebut.
Bahkan, khusus untuk menghadapi libur Natal dan Tahun Baru, Presiden Joko Widodo saat memberikan pengarahan kepada para kepala daerah se-Indonesia secara virtual di Istana Merdeka, Jakarta, pada Senin (25/10) 2021 mengingatkan para kepala daerah di Tanah Air untuk waspada.
"Saya minta betul-betul agar dikelola, diatur, sehingga Natal dan tahun baru ini berjalan dengan tidak ada kerumunan," kata Kepala Negara melalui pernyataan yang dilansir dari Sekretariat Presiden pada Selasa (26/10) 2021.
Peringatan tersebut disampaikan Presiden dengan mendasarkan pengalaman sebelumnya, di mana libur Natal dan tahun baru menyebabkan peningkatan penyebaran COVID-19 yang tidak kecil.
Untuk menguji apakah pengalaman-pengalaman sebelumnya juga akan terjadi pada pergantian 2021 ke 2022 itu, tentu akan bisa dilihat dari data yang akan dikeluarkan Satgas COVID-19 beberapa waktu ke depan.
Secara bersamaan, imbauan agar tidak bepergian, mudik dan semacamnya juga bermunculan.
Kepala daerah jelas melarang aparatur sipil negara (ASN) mudik dan tidak memberikan izin cuti pada masa libur tersebut.
Di media sosial, seperti biasa muncul seruan, cuitan dengan narasi "di rumah saja" atau yang sejenisnya.
Bershalawat
Salah satu komunitas yang mewujudkan untuk tidak melakukan aktivitas bepergian dilakukan di pelosok Kampung Sawah, RW 06, Desa Bojong, Kecamatan Kemang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
"Kami mengisi pergantian tahun dengan berdoa, bermunajat dan bershalawat, karena ini sangat bermanfaat dan lebih mendasar," kata Ketua Yayasan At-Tawassuth Bogor ustadz Ahmad Fahir, M.Si.
Penggagas kegiatan gerakan "Jumat Berkah Berbagi Nasi Box" gratis untuk dhuafa, jompo dan yatim itu menjelaskan pihaknya menutup tahun 2021 dan menyambut kedatangan tahun 2022 dengan serangkaian kegiatan yang diselenggarakan dalam sepekan.
Diawali dengan dzikir Manaqib Tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani RA bersama siswa diniyah pada Selasa (28/12) malam, bertempat di Kampung Sawah, RW 06, Desa Bojong Kecamatan Kemang, yang diikuti 50 orang.
Kegiatan dzikir Manaqib Tuanku Syaikh Abdul Qodir Al-Jailani RA juga digelar di makam keramat Raden Santri Wijaya Kusuma, Kampung Bojong Lebak, RW 08, Desa Bojong, Kecamatan Kemang dengan melibatkan Pengurus Ranting Nahdlatul Ulama (PRNU) Desa Bojong.
Pada Kamis (30/12) malam, dilangsungkan tahlil dan tawassul, di sekretariat Yayasan At-Tawassuth, Kampung Sawah, RW 06, Desa Bojong bersama 50 orang siswa diniyah.
Lalu, puncaknya digelar munajat kubro pembacaan shalawat Fatih, shalawat
Jibril dan "Dalailul Khairat" bersama 70 orang kaum ibu mulai Jumat (31/12) petang.
"Keseluruhan rangkaian munajat digelar dengan tujuan utama sebagai doa untuk keselamatan bangsa. Doa untuk kesembuhan Indonesia dan dunia dari COVID-19 dan keselamatan dari berbagai bencana," kata salah satu pendiri Keluarga Mahasiwa Nahdlatul Ulama Institut Pertanian Bogor (KMNU IPB) University itu.
Tak hanya doa, kegiatan juga diisi pembagian nasi kotak kepada dhuafa.
Hingga akhir 2021, program yang digagas Yayasan At- Tawassuth sejak awal Februari 2020 itu sudah terlaksana dalam 98 pekan.
Program itu membagikan lebih dari 7.616 nasi kotak, paket sembako, perangkat shalat maupun santunan pada mustahik di berbagai desa.
"Semoga kegiatan Jumat Berkah ini membawa berkah untuk semua pihak dan pada 2022 lebih berkualitas lagi," kata Ahmad Fahir.
Peran komunitas
Wakil Menteri Agama (Wamenag) Zainut Tauhid Sa'adi dalam taklimat yang disampaikan menyatakan pandemi COVID-19 memberikan dampak bagi kehidupan umat, tidak hanya pada aspek kesehatan, tapi juga ekonomi, pendidikan dan lainnya.
Ia menyebut pandemi bahkan bisa berdampak pada meningkatnya jumlah kemiskinan, di mana penduduk yang bergantung dengan penghasilan harian dan tidak punya tabungan sehingga harus diselamatkan jurang kemiskinan dan frustrasi sosial.
Karena itu, peran Zakat, Infak, Sedekah dan Wakaf (ZISWAF) yang dikelola secara terlembaga oleh Badan Amil Zakat Nasional (Baznas), Lembaga Amil Zakat (LAZ) dan Badan Wakaf Indonesia (BWI) di samping membantu darurat medis, diharapkan secara maksimal membantu rakyat kecil agar bisa memenuhi kebutuhan dasar dan menjaga daya beli yang tertekan akibat pandemi COVID-19.
Wamenag menyatakan program stimulus ekonomi serta Jaring Pengaman Sosial (JPS) yang disiapkan pemerintah, memerlukan dukungan dan partisipasi dari berbagai pihak, termasuk Baznas, LAZ dan BWI.
Kemenag telah menerbitkan Surat Edaran Menteri Agama Nomor 8 Tahun 2020 tentang Percepatan Pembayaran dan Pendistribusian Zakat Sebagai Jaring Pengaman Sosial Dalam Kondisi Darurat Kesehatan COVID-19.
Dibutuhkannya peran di luar LAZ yang terlembaga --untuk membantu dan berbagi kepada sesama-- secara riil sebenarnya sudah, sedang dan terus dilakukan pada tingkat akar rumput komunitas.
Meski berkiprah dalam kesunyian, peran itu, salah satunya sudah diejawantahkan di pelosok Kampung Sawah, Desa Bojong itu, yang mengisi ruang-ruang yang belum disentuh.