Mamuju (ANTARA) - Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sulawesi Barat (Sulbar) tengah melakukan penimbangan dan penanganan medis kepada 51.215 balita terkait upaya penanggulangan stunting (kekerdilan).
"Sebanyak 51.215 balita di Sulbar ditimbang sebagai bentuk penanganan awal bagi anak penderita stunting, yang dilakukan pemerintah Sulbar," kata Penjabat Gubernur Sulbar Zudan Arif Fakrulloh, di Mamuju, Minggu.
Ia mengatakan Sulbar berpenduduk 1,5 juta jiwa, namun merupakan daerah dengan jumlah penderita stunting tertinggi di Indonesia setelah Provinsi Nusa Tenggara Timur, yakni mencapai 35 persen,
Menurut dia, dari sebanyak 51.215 balita tersebut, sebanyak 1.106 orang telah diberikan pelayanan medis.
"Pelayanan medis yang diberikan kepada balita itu, yakni dengan memberikan asupan makanan bergizi sehingga tinggi dan berat badannya dapat kembali normal," katanya.
Zudan juga mengungkapkan upaya Pemprov Sulbar dalam penanganan anak tidak sekolah.
Menurut dia, untuk penanganan anak tidak sekolah (ATS) di Sulbar yang jumlahnya mencapai 48.000 orang, sebanyak 7.500 anak diantaranya telah dikembalikan ke sekolah.
Sehingga sebanyak 40.500 ATS di Sulbar akan diupayakan agar dapat bersekolah sebagaimana mestinya.
"Program tersebut merupakan wujud kepedulian pemerintah dalam melakukan penanganan stunting dan ATS di Sulbar," katanya.
Ia juga menyampaikan bahwa Sulbar telah mengalami pertumbuhan ekonomi yang positif.
"Pertumbuhan ekonomi Sulbar pada triwulan kedua tahun 2023 mencapai 6,4 persen, namun pada triwulan ketiga 2023 mencapai 7,5 persen, itu artinya pemerintah Sulbar berhasil memperbaiki kondisi ekonomi masyarakat," ujar Zudan.