Pemprov Sulbar meluncurkan gerakan tanam sejuta cabai
Mamuju (ANTARA) - Penjabat Gubernur Sulawesi Barat Zudan Arif Fakrulloh melakukan peluncuran gerakan penanaman sejuta cabai di Desa Sondoang, Kabupaten Mamuju.
"Gerakan penanaman sejuta cabai ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo, dalam rangka pengendalian inflasi di daerah," kata Zudan Arif Fakrulloh saat peluncuran gerakan tanam sejuta cabai di Desa Sondoang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sabtu.
Penjabat Gubernur menyampaikan bahwa cabai dan bawang adalah komoditas penyumbang inflasi di Provinsi Sulbar sehingga, dengan pemerintah pusat memberikan bantuan dana insentif, Pemprov Sulbar melakukan gerakan penanaman sejuta cabai di enam kabupaten di Sulbar.
"Pembagian bibit cabai ini dilakukan secara bertahap dan sudah berjalan sejak bulan lalu. Mari kita sukseskan gerakan tanam sejuta cabai ini," ujar Zudan Arif Fakrulloh.
Selain sebagai upaya pengendalian inflasi, gerakan tanam sejuta cabai itu juga untuk mendongkrak nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Sulbar.
Nilai tukar petani menurut Zudan Arif Fakrulloh, menjadi tolok ukur petani mengalami kerugian atau tidak.
"Jika masih di bawah angka 100 berarti petani masih rugi. Melihat NTP Sulbar saat ini di angka 129,6 menunjukkan petani di Sulbar sudah untung. Nah inilah yang terus kita bangun bagaimana agar petani kita tidak rugi," jelas Zudan Arif Fakrulloh.
Pada gerakan tanam sejuta cabai tersebut Penjabat Gubernur meminta masyarakat di Sulbar agar tidak boros pangan dan mengoptimalkan lahan perkebunan dan pekarangan.
"Mari kita memanfaatkan lahan kita yang ada. Tanami hal hal yang produktif seperti tomat, terong dan cabai," kata Zudan Arif Fakrulloh.
Sementara itu Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Sulbar Muhtar menyampaikan, berdasarkan pantauan di pasar di daerah itu harga cabai masih relatif mahal, yakni berkisar Rp50 ribu per kilogram sehingga, melalui gerakan tanam sejuta cabai tersebut diharapkan dapat menurunkan harga cabai.
"Meskipun tidak berpengaruh secara cepat tapi Insya Allah dua bulan ke depan, harga cabai bisa kita turunkan di bawah harga normal," kata Muhtar.
"Gerakan penanaman sejuta cabai ini merupakan tindak lanjut dari arahan Presiden Joko Widodo, dalam rangka pengendalian inflasi di daerah," kata Zudan Arif Fakrulloh saat peluncuran gerakan tanam sejuta cabai di Desa Sondoang, Kecamatan Kalukku, Kabupaten Mamuju, Sabtu.
Penjabat Gubernur menyampaikan bahwa cabai dan bawang adalah komoditas penyumbang inflasi di Provinsi Sulbar sehingga, dengan pemerintah pusat memberikan bantuan dana insentif, Pemprov Sulbar melakukan gerakan penanaman sejuta cabai di enam kabupaten di Sulbar.
"Pembagian bibit cabai ini dilakukan secara bertahap dan sudah berjalan sejak bulan lalu. Mari kita sukseskan gerakan tanam sejuta cabai ini," ujar Zudan Arif Fakrulloh.
Selain sebagai upaya pengendalian inflasi, gerakan tanam sejuta cabai itu juga untuk mendongkrak nilai tukar petani (NTP) di Provinsi Sulbar.
Nilai tukar petani menurut Zudan Arif Fakrulloh, menjadi tolok ukur petani mengalami kerugian atau tidak.
"Jika masih di bawah angka 100 berarti petani masih rugi. Melihat NTP Sulbar saat ini di angka 129,6 menunjukkan petani di Sulbar sudah untung. Nah inilah yang terus kita bangun bagaimana agar petani kita tidak rugi," jelas Zudan Arif Fakrulloh.
Pada gerakan tanam sejuta cabai tersebut Penjabat Gubernur meminta masyarakat di Sulbar agar tidak boros pangan dan mengoptimalkan lahan perkebunan dan pekarangan.
"Mari kita memanfaatkan lahan kita yang ada. Tanami hal hal yang produktif seperti tomat, terong dan cabai," kata Zudan Arif Fakrulloh.
Sementara itu Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan (DTPHP) Provinsi Sulbar Muhtar menyampaikan, berdasarkan pantauan di pasar di daerah itu harga cabai masih relatif mahal, yakni berkisar Rp50 ribu per kilogram sehingga, melalui gerakan tanam sejuta cabai tersebut diharapkan dapat menurunkan harga cabai.
"Meskipun tidak berpengaruh secara cepat tapi Insya Allah dua bulan ke depan, harga cabai bisa kita turunkan di bawah harga normal," kata Muhtar.