Makassar (ANTARA) - Pemkab Luwu Timur, Sulawesi Selatan menggelar seminar Budaya Tana Luwu dalam rangkaian peringatan ke-765 Hari Jadi Luwu (HJL) dan Hari Perlawanan Rakyat Luwu (HPRL) ke-78 di Gedung wanita Simpurusiang, Malili, Senin.
"Sebagai bagian dari NKRI kita memiliki berbagai macam dan ragam kebudayaan yang tersebar dari Sabang hingga Merauke," kata Bupati Luwu Timur Budiman, dalam sambutannya.
Budaya tersebut, kata Budiman, merupakan peninggalan dari tradisi nenek moyang secara turun-temurun dan diwariskan dari generasi ke generasi untuk dijaga dan dilestarikan agar tidak punah.
Karena itu, melalui kegiatan seminar ini, perlu diingatkan kembali kisah sejarah asal mula Tana Luwu kepada setiap generasi muda dengan menggali dan memahami nilai-nilai Budaya Luwu yang sarat dengan kearifan dan tata nilai dalam rangka menjadikannya tetap berakar pada jati diri dan karakteristik lokal sebagai Wija To Luwu, ujarnya.
Bupati berharap, melalui Seminar Budaya Tana Luwu yang bertemakan “Sebuah Analog Keberadaan Budaya Luwu di Masa Lalu, Masa Kini dan Masa Akan Datang” tersebut, juga dapat menumbuhkan keinginan pada semua jenjang pendidikan untuk mempelajari karakter generasi Wija To Luwu yang tertuang dalam kitab La Galigo sebagai generasi Getteng, Warani, Malempu na Matanre Siri.
“Mari terus membentuk karakter generasi penerus kita yang berbudi pekerti luhur, berwatak dan bermoral sehingga dapat memberikan dan mengambil keputusan yang baik atau buruk,” ajaknya.
Peliharalah apa yang baik menurut pandangan hidup, menurut Agama, menurut budaya khususnya dalam mengembangkan ilmu pengetahuan, ekonomi dan teknologi dalam mengelola sumber daya alam dengan tetap memperhatikan kelestarian lingkungan yang akan diwariskan kepada anak cucu kita kelak,” lanjut Budiman.
Moderator pada Seminar Budaya Tana Luwu yakni Prof. Dr. Akin Duli, MHum (Dekan Fakultas Ilmu Budaya Universitas Hasanuddin Makassar), Prof Dr Nurhayati Rahman (Guru Besar Fisiolog Unhas), Pua Nawawi Sangkilat, SH (Budayawan) dan Kadis Kominfo Hamris Darwis.