Direktur Perencanaan dan Pengelolaan Dana Direktorat Jenderal Perbendaharaan Badan Pengelola Dana dan Perkebunan Kelapa Sawit (Dirjen BPDPKS) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Kabul Wijayanto menyebut bahwa Indonesia memenuhi permintaan minyak nabati dunia hingga 22 persen.
"Indonesia memegang peranan penting, karena permintaan minyak nabati dunia sebesar 300,7 juta ton di 2040, sementara Indonesia sudah memenuhi 22 persen minyak nabati untuk dunia saat ini," urai Kabul di Makassar, Jumat.
Dia menjelaskan bahwa sawit ikut mendorong pertumbuhan ekonomi di Indonesia sebagai penghasil kelapa sawit terbesar di dunia.
Tercatat, ekspor sawit pada 2023 lalu mencapai 50,07 juta ton yang totalnya telah melampaui Malaysia dengan nilai
28,45 miliar dollar Amerika. Ini setara menyumbang hasil ekspor sebesar 12 persen sebagai komoditas strategis di Indonesia.
"Sekitar 70 persen lebih hasil dari komoditi kelapa sawit kita ekspor dan hanya 10 persen yang kita olah secara mentah," ujarnya.
Hasil ini juga diikuti dengan luasan lahan kelapa sawit yang juga meningkat dari 16,38 juta hektar luas kelapa sawit menjadi 16,8 juta hektar usai dilakukan pembaharuan luasan lahan, termasuk di Sulawesi Selatan, yang tepatnya berada di Kabupaten Luwu Utara dan Luwu Timur.
Peningkatan produksi sawit di triwulan pertama tahun ini juga mencapai 4,82 persen. Positifnya, peningkatan ini diikuti dengan penurunan gini rasio dari 0,37 menjadi 0,33 yang berarti terjadi pertumbuhan ekonomi berkeadilan.
Sementara terkait penyerapan tenaga kerja, terdapat sebanyak 13,2 juta tenaga kerja melalui sektor kelapa sawit.
Kendati demikian, Kobul juga menyebut bahwa sektor kelapa sawit memiliki tantangan dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan.
"Diharapkan bagaimana program edukasi untuk lingkungan terkait kelapa sawit terus diinisiasi dalam melakukan langkah mitigasi, agar bencana bisa ditangani dengan baik," tambah dia.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Indonesia penuhi 22 persen permintaan minyak nabati dunia