Jakarta (ANTARA) - Pengelolaan Sumberdaya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong sebagai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang Laut (Ditjen PRL), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), menangani sebanyak 25 kejadian keterdamparan di tahun 2022.
Kepala LPSPL Sorong Santoso Budi Widiarto menyebut mamalia jenis paus paling banyak terdampar di wilayah timur Indonesia baik yang masih hidup maupun yang mati.
“Jenis paus mendominasi kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur, jumlahnya hampir 52 persen yaitu sebanyak 13 kejadian jenis paus terdampar, 10 kejadian jenis dugong terdampar dan 2 kejadian lumba-lumba terdampar,” ungkap Santoso dalam keterangan resmi, Minggu.
Keterdamparan tersebut terjadi di wilayah Maluku, Maluku Utara, Papua Barat, Papua, Papua Barat Daya, Papua Selatan, Papua Pegunungan serta Papua Tengah.
Menurut Santoso, dari seluruh kejadian mamalia laut terdampar di wilayah timur Indonesia, 50 persen ditangani secara langsung di lapangan melalui pendampingan dan pemberian rekomendasi teknis, sedangkan 50 persen lainnya ditangani dengan keterlibatan tidak langsung melalui pendataan dan pengumpulan bahan keterangan kejadian.
Wilayah timur Indonesia sangat akrab dengan kejadian mamalia laut terdampar karena perairan laut di wilayah timur Indonesia merupakan salah satu jalur migrasi serta habitat penting mamalia laut seperti paus, lumba-lumba, dan dugong.
Penanganan kejadian keterdamparan mamalia laut adalah strategi KKP dalam menjaga kesehatan laut Indonesia dan menjadi salah satu implementasi kebijakan ekonomi biru untuk menjaga keberlanjutan keanekaragaman hayati laut di Indonesia.
“Berdasarkan data yang dimiliki LPSPL Sorong, hotspot kejadian mamalia terdampar di wilayah timur Indonesia tahun 2022 berlokasi di Provinsi Maluku Utara sebanyak 36 persen dan Papua Barat Daya sebanyak 24 persen dari total kejadian mamalia laut terdampar. Perairan di kedua provinsi tersebut adalah jalur migrasi bagi mamalia laut,” terangnya.
Santoso juga menyebutkan mamalia laut terdampar paling banyak ditemui pada kondisi kode 4 dan 5 yakni mengalami pembusukan tingkat lanjut dan penguraian akhir.
Banyaknya mamalia laut yang ditemukan dalam kondisi membusuk menunjukkan bahwa mamalia laut dalam kondisi sekarat atau terdampar dan sulit dijangkau manusia sehingga membutuhkan waktu untuk ditangani.
KKP telah menetapkan Rencana Aksi Penanganan Mamalia Laut Terdampar melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Rencana Aksi Nasional (RAN) Konservasi Mamalia Laut Periode 2018-2022 serta Pedoman Penanganan Mamalia Laut Terdampar.
Dalam kurun waktu 2017 hingga 2022 kejadian mamalia laut terdampar cenderung meningkat setiap tahunnya khususnya untuk jenis mamalia laut paus dan dugong, sedangkan kejadian lumba-lumba terdampar cenderung menurun dari 2019 hingga 2022.
“Rencana Aksi Nasional (RAN) diharapkan menjadi rujukan nasional dalam upaya melestarikan dan menyelamatkan mamalia laut di. Masyarakat juga dapat memberikan informasi tentang mamalia laut yang terdampar di wilayahnya kepada KKP,” ujar Santoso.
Berita ini juga telah tayang di Antaranews.com dengan judul: KKP tangani 25 kejadian mamalia terdampar di Timur Indonesia di 2022