Jakarta (ANTARA) - Analis Bank Woori Saudara BWS Rully Nova memperkirakan rupiah melemah tipis terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada kisaran Rp15.850-Rp15.890 per dolar AS.
“Hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal wait and see keputusan rapat The Fed (Federal Reserve) terhadap kebijakan suku bunga hari ini waktu AS dan memburuknya data manufaktur China,” kata dia ketika dihubungi ANTARA di Jakarta, Rabu.
Lebih lanjut, The Fed diprediksi akan mempertahankan suku bunga acuan sebesar 5,5 persen.
Pengendalian inflasi dan penguatan kondisi ketenagakerjaan akan menjadi topik pembicaraan dalam pertemuan Federal Open Market Committee (FOMC).
Inflasi masih menjadi fokus karena melenceng jauh dari target dua persen, dan para pejabat AS bakal mempertanyakan apakah kebijakan saat ini masih cukup mendorong inflasi turun atau perlu kebijakan baru.
Melihat sentimen domestik, data inflasi Indonesia bakal diumumkan hari ini yang diperkirakan menunjukkan kenaikan laju inflasi Indonesia baik secara year on year (YoY) maupun month to month (MoM).
YoY diprediksi meningkat dari 2,28 persen menjadi 2,6 persen, sedangkan tingkat inflasi MoM naik 0,27 persen dari sebelumnya 0,19 persen.
“(Selain itu), pelaku pasar berspekulasi BI (Bank Indonesia) akan menaikkan lagi suku bunga acuannya pada RDG (Rapat Dewan Gubernur) mendatang karena diperkirakan The Fed akan menaikkan suku bunga 25 bps (basis points) di akhir tahun ini,” ungkap Rully.
Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 0,32 persen atau 50 poin menjadi Rp15.935 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.885 per dolar AS.