Makassar (ANTARA) - Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel) menjadikan masalah stunting sebagai prioritas utama dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Daerah (Bappelitbangda) Sulawesi Selatan Setiawan Aswad dalam keterangannya di Makassar, Jumat, mengatakan Pemprov di bawah kepemimpinan Gubernur Andi Sudirman dan Wagub Sulsel Fatmawati, terus berkomitmen mencegah dan mempercepat penurunan kasus stunting atau tumbuh kembang anak akibat kekurangan gizi.
Langkah tersebut diwujudkan dengan memperkuat sinergi antara pemerintah dan sektor swasta dalam memperluas intervensi gizi dan kesehatan.
“Pencegahan dan penurunan angka stunting seperti yang tercantum dalam RPJMD tahun 2025 fokus meningkatkan sinergi antara pemerintah dan pihak swasta sebagai langkah memperkuat intervensi pencegahan stunting dan gizi buruk di Sulawesi Selatan,” ujarnya.
Bappelitbangda Sulsel akan memantau pelaksanaan kinerja organisasi perangkat daerah (OPD) dan serapan anggaran melalui aplikasi e-monev serta situs resmi mereka. Evaluasi dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas program di 24 kabupaten/kota di Sulsel.
“Bappelitbangda, sebagai koordinator Aksi Konvergensi OPD Pemprov Sulsel, akan melakukan monitoring, evaluasi, dan memberikan penilaian terhadap kinerja 24 kabupaten/kota dalam pencegahan dan penanganan stunting,” imbuhnya.
Provinsi Sulawesi Selatan menurut SSGI 2024 angka stunting turun dari 27,4 persen menjadi 23,3 persen.
Adapun prevalensi stunting Provinsi Sulsel dari baseline 2023 sebesar 27,4 persen dengan target sebelumnya 2025 sebesar 23,9 persen. Untuk 2045 sebesar 6,1 persen.
Kerja keras dan konsistensi Inovasi Dinas Kesehatan Sulawesi Selatan membuahkan hasil dari tahun 2020-2024 berupa pendampingan gizi desa dan intervensi gizi 1000 HPK berupa pemberian makanan tambahan (PMT) lokal untuk balita dan ibu hamil, multivitamin, pemberian tablet tambah darah bagi remaja putri dan ibu hamil.
Kepala Dinas Kesehatan Sulsel M. Ishaq Iskandar menyebutkan bahwa pola hidup sehat, seperti menghindari rokok yang dapat berdampak pada risiko stunting dan mencukupi kebutuhan gizi anak, merupakan langkah mendasar dalam mencegah stunting. Ia juga menyoroti pentingnya literasi kesehatan di masyarakat.
Menurut dia, pola hidup sehat merupakan cara paling sederhana untuk mencegah dan menurunkan stunting. Misalnya, di lapangan kata dia, ditemukan bahwa masyarakat dengan ekonomi menengah di salah satu kabupaten di Sulawesi Selatan memiliki anak yang mengalami stunting, meskipun tergolong warga ekonomi menengah.
Hal ini, lanjut dia, disebabkan orang tua tidak memenuhi kebutuhan gizi anak serta tidak menerapkan pola hidup sehat. Jadi, tidak semua keluarga dengan kondisi ekonomi rendah mengalami stunting.
Oleh karena itu, Ishaq menegaskan perlunya sosialisasi mengenai pentingnya komunikasi perubahan perilaku di masyarakat.
"Sehingga dialog interaktif bersama media dapat menyampaikan literasi tentang pola hidup sehat serta pencegahan dan penurunan stunting," harapnya.