Mamuju (ANTARA) - Dinas Perkebunan Provinsi Sulawesi Barat mendorong tumbuhnya industri atau pengolahan kakao, bukan hanya perbaikan dan peningkatan di level budidaya tanaman di perkebunan (on-farm) maupun di luar lahan pertanian (off-farm), tetapi termasuk penyajian informasi potensi dan peluang pengembangan kakao di Sulbar.
"Kami terus berkomitmen mendorong tumbuhnya industri atau pengolahan kakao di Sulbar," kata Pelaksana Tugas Kepala Bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan (PPHP) Dinas Perkebunan Provinsi Sulbar Agustina Palimbong, di Mamuju, Rabu.
Dia menyampaikan bahwa Provinsi Sulbar merupakan kawasan pengembangan kakao secara nasional.
Bahkan lanjut Agustina, pada RPJMN 2025-2029, mengarahkan tema pembangunan Sulbar, yakni sentra pengolahan komoditas perkebunan.
Hal itu menurutnya, diharapkan akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan mendukung pencapaian target penurunan kemiskinan dan target pembangunan lainnya.
"Ini dimungkinkan karena permintaan pasar yang tinggi, dan Sulbar berpotensi menjadi pemasok utama biji kakao untuk ekspor. Harga biji kakao Rp120.000-185.000/kilogram dengan kadar air tujuh persen dan itu sesuai dengan SNI 2323:2008," terang Agustina.
Dia menyampaikan berbagai data dan informasi terkait peluang investasi komoditi di Sulbar, diantaranya kakao Sulbar memiliki keunggulan komparatif, baik dari aspek kesesuaian kondisi alam dan tekno kultur masyarakat.
"Sulbar juga menjadi salah satu sentra produksi kakao dan potensi luas lahan pengembangan yang cukup tinggi hingga dukungan dari pemerintah baik pusat maupun daerah," jelasnya.
Kemudian lanjut Agustina, sumber daya manusia (SDM) di Sulbar yang sebagian besar telah memiliki kemampuan (skill) dalam budidaya kakao, menjadi salah satu peluang investasi yang dapat dilirik oleh para investor kakao.
Hal tersebut menurutnya, dapat memudahkan investasi dalam pelatihan Good Agricultural Practices (GAP) dan Good Handling Practices (GHP)-nya.
"Kakao sangat rentan terhadap hama dan penyakit seperti serangan heliopeltis dan penyakit busuk buah. Sehingga, investasi pada teknologi pengendalian hama dan penyakit serta bibit unggul tahan penyakit sangat diperlukan," jelasnya.
Dia juga menyampaikan bahwa kualitas panen dan pasca-panen juga menjadi standar dalam ekspor, yang bisa menjadi peluang investasi dalam penerapan standar produk seperti sertifikasi kakao.