Semarang, (Antara Sulsel) - Direktur Utama PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk Irwan Hidayat menilai modal bukan satu-satunya yang dibutuhkan untuk menjadi wirausahawan sukses.
"Modal itu suatu saat bisa habis. Yang tidak bisa habis, yakni kreativitas, niat baik, kejujuran, dan sebagainya," katanya saat menjadi pembicara di Universitas Negeri Semarang (Unnes), Selasa.
Irwan menjadi pembicara utama pada kuliah umum bertajuk "Membangun Jiwa Kewirausahaan Mahasiswa Dalam Rangka Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang berlangsung di kampus Unnes.
Menurut dia, modal utama untuk berwirausaha bukanlah dalam bentuk finansial atau materi semata, melainkan kejujuran dan kualitas sumber daya manusia (SDM) yang justru lebih diutamakan.
"Sejarah kan mencatat banyak orang-orang sukses dan kaya yang dulunya tidak punya apa-apa, apalagi modal. Namun, banyak juga orang yang punya modal banyak dan kaya akhirnya habis," katanya.
Ia menjelaskan selama ini selalu mengedepankan apa yang disebutnya sebagai "roh bisnis" dalam memulai dan mengembangkan usahanya, salah satunya dengan membangun kepercayaan masyarakat.
"Bagaimana bisa membangun kepercayaan masyarakat? Buat dan sajikan produk-produk yang berkualitas, menghormati sesama pengusaha, pemerintah, dan membantu mereka yang masih lemah," katanya.
Menyongsong MEA 2015 yang sebentar lagi diterapkan, kata dia, membangun kepercayaan merupakan salah satu kunci untuk menghadapinya yang sebenarnya harus dimulai dari kalangan pengusaha.
"Pengusaha harus mulai membangun kepercayaan, yakni menyajikan produk yang baik. Di sisi lain, masyarakat juga harus memiliki kesadaran dengan membeli produk-produk lokal," ungkapnya.
Irwan menceritakan usaha jamu yang dirintis keluarganya juga pernah mengalami kondisi sulit, yakni memiliki utang sebesar Rp46 juta dan sudah masuk panitia urusan piutang negara pada 1973.
"Padahal, hasil dari 'sales' (penjualan, red.) saat itu hanya Rp800 ribu/bulan. Namun, kemudian memasuki tahun berikutnya mampu menaikkan penjualan sampai Rp12 juta/bulan," katanya.
Akhirnya, kata dia, utang itu bisa lunas dalam waktu empat bulan yang sebenarnya semuanya dibangun dengan kepercayaan, niat baik, dan kejujuran sehingga usahanya berkembang pesat sampai sekarang.
"Makanya, saya ajak anak-anak ini (mahasiswa, red.) untuk mementingkan roh bisnis tadi dalam bekerja, seperti baik, jujur, dan sebagainya. Jangan hanya terpatok pada modal," pungkasnya.
Kuliah umum yang berlangsung di Fakultas Ilmu Sosial (FIS) Unnes itu diikuti setidaknya 400 mahasiswa peraih Bidik Misi, yakni para mahasiswa berprestasi yang berasal dari keluarga tidak mampu.