Jakarta (ANTARA) - Pusat Riset Biologi Molekuler Eijkman (PRBME) Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan bibit vaksin Merah Putih yang dikembangkan Eijkman sudah sesuai dengan standar industri.
"Menurut industri 'seed vaccine' (bibit vaksin) tersebut sudah memenuhi standar industri di mana hasil atau yieldnya sudah sesuai dengan permintaan industri, dia juga imunogenik, kemudian seednya juga sudah memproduksi yieldnya juga sudah bagus," kata peneliti vaksin di PRBME Tedjo Sasmono dalam Sarasehan Arah Riset Biologi Molekuler di BRIN di Auditorium LBM Eijkman di Jakarta, Selasa.
PRBME dulunya bernama Lembaga Biologi Molekuler Eijkman sebelum bergabung dengan BRIN. PRBME mengembangkan bibit vaksin Merah Putih dengan platform protein rekombinan yang menggunakan sel yeast atau ragi dan sel mamalia.
Untuk platform yang menggunakan sel ragi, bibit vaksinnya sudah berada di PT Bio Farma sebagai mitra industri pengembangan vaksin.
"Yang 'yeast' sudah memenuhi persyaratan industri dan akan dikembangkan lebih lanjut, diproduksi," katanya.
Ia mengatakan kelanjutan dari pengembangan bibit vaksin untuk menjadi vaksin tersebut sekarang berada di tangan pihak industri, sementara bagian utama dari riset bibit vaksin yang menjadi tugas PRBME sudah selesai.
Meski sudah berhasil menciptakan bibit vaksin, namun PRBME tetap masih melanjutkan interaksi untuk pengembangan vaksin dari bibit vaksin tersebut bersama Bio Farma.
PRBME tetap rutin melakukan konsultasi, diskusi dan mencari cara pemurnian terbaik untuk pengembangan vaksin dengan PT Bio Farma sehingga vaksin itu diharapkan bisa segera dihilirisasi oleh Bio Farma.
"Sekarang bola ada di tangan Bio Farma untuk mengembangkan. Kami tetap bersama-sama dengan Bio Farma mengembangkan," katanya.
Sementara untuk bibit vaksin yang sudah dikembangkan dengan menggunakan sel mamalia, ia mengatakan pihak industri menilai "yield" atau produktivitas dari bibit vaksin sudah memenuhi syarat.
"Yield sudah memenuhi syarat industri berdasarkan parameter-parameter yang mereka tetapkan secara keekonomian," katanya.
Secara ilmiah, bibit vaksin itu sudah memenuhi aspek imunogenisitas atau memiliki kemampuan dalam memicu respons imun sehingga bisa menghasilkan antibodi pada tubuh manusia.
Namun untuk platform pengembangan bibit vaksin yang menggunakan sel mamalia itu, PRBME belum mendapatkan mitra industri dan hingga saat ini masih terus melakukan negosiasi dengan industri, demikian Tedjo Sasmono.
Berita Terkait
Konsultan Asia Tenggara memberi pendampingan bagi riset di Unhas
Jumat, 22 Maret 2024 13:51 Wib
UMI dan Hiroshima University jalin kerja sama riset dan pertukaran mahasiswa
Rabu, 21 Februari 2024 15:21 Wib
LLDikti IX harap profesor UMI Makassar jadi pelopor riset
Rabu, 7 Februari 2024 19:42 Wib
BRIN membuka delapan skema pendanaan riset
Senin, 5 Februari 2024 16:02 Wib
Data Riset Analitikav: Gerindra partai dengan elektabilitas tertinggi
Rabu, 31 Januari 2024 6:22 Wib
Direktorat Intelektual Unhas targetkan 100 proposal lolos Kedaireka 2024
Kamis, 18 Januari 2024 20:24 Wib
20 Tim peneliti Unhas lolos pendanaan riset I-CORE dari Kemendikbudristek
Kamis, 4 Januari 2024 15:04 Wib
Alam Ganjar menampung aspirasi relawan di Makassar soal akses dana riset
Rabu, 6 Desember 2023 17:44 Wib